FPPI MAKASSAR KECAM PERNYATAAN REKTOR UNASMAN

8 kader FPPI Makassar telah melakukan unjuk rasa di  Jl Sultan Alauddin. Depan kampus 1 UIN Alauddin Makassar

Adapun poin tuntutan kader FPPI Makassar tersebut adalah mendesak Rektor Unasman untuk meminta maaf kepada seluruh kader FPPI, mencabut kembali statement komunis dan isis pada organ FPPI, dan kembalikan citra politik organisasi dan demokratisasi kampus melalui pemberian ruang berekspresi bagi kader FPPI di kampus unasman.

Dalam penyampaian orasinya massa menyayangkan tindakan pencelaan organisasi FPPI yang dilakukan rektor unasman.

Pada, Sabtu (31/12/2016) di depan Kampus I, UIN Alauddin Makassar.
Jendral Lapangan, Anas dalam orasinya meminta pihak universitas untuk memberikan sanksi kepada rektor tersebut berupa pemecatan.
"Kami ingin rektor tersebut mengakui perbuatannya dan meminta maaf kepada kami" kata Anas.(*)

Pesta Demokrasi Diakhiri Dengan Makan-Makan

Ditengah keramaian pesta demokrasi yang berlangsung di kampus, kusibukkan diri ini untuk menulis beberapa catatan penting yang terkait dengan momentum  tersebut.

Kita telah setuju mengatakan Demokrasi yang murni  adalah demokrasi yang berasal dari mahasiswa,oleh Mahasiswa, untuk mahasiswa, tetapi  kita sendiri juga yang menghancurkan makna demokrasi di kampus peradaban ini. Karena faktanya, suara mahasiswa hanya diwakili oleh ketua tingkat dan sekretaris . Padahal kalau kita mau menelisik lebih jauh hal tersebut, maka hal itu jauh dari kata demokrasi yang sesungguhnya melainkan demokrasi seperti itu layak disebut demokrasi terpimpin yang notabene otoriterianisme.

selain itu ada hal yang menarik  dari pesta demokrasi mahasiswa. Bahwa pesta demokrasi mahasiswa kebanyakan hanya di akhiri dengan makan-makan atau minum-minum di sebuah tempat dan diprakarsai oleh kandidat yang terpilih. ngumpul-ngumpul dikantin sambil berbicara omong kosong sudah menjadi tradisi disela-sela pesta demokrasi mahasiswa. Tradisi seperti ini menuai banyak kontroversi dari kalangan mahasiswa, karena, tradisi seperti itu hanyalah sebuah hal yang tak menguntungkan untuk kedepannya karena hanya membuang-buang uang dan waktu.

Sebaiknya yang perlu di kerjakan adalah berani belajar dari kepemimpinan sebelumnya, karena jika ada banyak hal yang tidak tercapai dalam kepemimpinan sebelumnya perlu di biacarakan. Kebanyakan pemimpin hanya mencari-cari keuntungan di dalam sebuah kekuasaannya.

Menurut saya, demokrasi ditingkatan mahasiswa tidak akan menjadi system yang baik selama mahasiswa tersebut masih bodoh. Misalnya saja kalau suara kita nurut terus sama ketua tingkat dan sekretaris (yang kebetulan masih bodoh), ketika salah satu calon kandidatnya kebetulan tidak berkompeten, dan ketua tingkat tetap memilih kandidat tersebut dengan alasan kenalannya, apakah dalam kasus ini mahasiswa harus tetap menuruti ketua tingkatnya? Bisa-bisa pemimpinnya bobrok. Kalo pemimpin bobrok siapa juga yang susah? 

maka dimana makna demokrasi sebenarnya?? ataukah demokrasi saat ini hanya sebuah nama saja, apakah demokrasi kita rela digadaikan hanya karena traktiran kandidat??? entahlah???

Oleh: Amarsyah


Kampus Yang Tak Kurindukan

Kampus tak selalunya berkaitan dengan urusan intelektual yakni, pertukaran ide ataupun transfer keilmuan, kampus yang sekarang tidak menjadi lagi tempat murni berbagi keilmuan.

 Justru apa yang sebenarnya ada didalam kampus? Orang yang sok tahu berbicara tentang hal-hal agama, politik, dan sosial, seperti soal-soal yang dikuasai. Setiap orang ingin jadi hakim yang selalu benar. Dosen disambut hangat kedatangannya lalu dicaci maki kepergiannya. Cerita omong kosong lebih berharga dibanding renungan intelek. Soal romantika dikalangan mahasiswi lebih diusut lebih mendalam daripada buku bacaan ringan. Penjual buku yang memanfaatkan status jabatan sebagai dosen dan mewajibkan mahasiswanya membelinya.

Tulisan Fokmad kali ini  akan menggambarkan sosok kampus yang nyaris gak ada indah-indahnya,beradab-adabnya, dan baik-baiknya sehingga mendorong mahasiswa tidak akan  merindukan kampusnya lagi setelah pulang ke kampungnya. Seperti judul tulisan ini "Kampus Yang Tak di Rindukan".

Tidak ada ruang yang hijau, tidak ada kebebasan berorganisasi, tidak ada kebebasan berpendapat, birokrasi yang kompleks, tidak ada dana kuliah yang murah, parkir pun dibayar, tidak ada buku gratis, makan gratis,kopi gratis, diskusi gratis, seminar gratis, bazaar gratis dan beberapa tahun kedepan lagi tidak ada yang gratis. Mungkin saat ini ada seminar gratis tapi gak akan berkualitas karena sangat sarat dengan kepentingan ekonomi dan politik... liat saja spanduk seminar yang sponsornya berjejeran dan tema nya begitu pro dengan status quo.
Ruang keilmuan kampus yang merupakan tempat pertukaran ide antara dosen dan mahasiswa tidak bisa dikatakan ruang keilmuan yang ideal karena ruang kelas tersebut jauh dari kata kelayakan. Lantai yang retak, proyektor yang terbatas, jendela pecah, kursi yang tak nyaman, dan berbagai masalah ruang kelas yang begitu kontra dengan humanisasi.

Oh kampus ku jangan salahkan mahasiswa kalian yang hanya tau kuliah pulang kos karena kampus sudah tidak ada daya tariknya lagi bagi mahasiswa tersebut. Rambut gondrong, celana robek, dompet tipis, badan kurus, muka suram, dan bersifat anarko merupakan antitesis dari kampus itu sendiri. Jika tesisnya kampus yang biadab maka sudah pasti antitesisnya adalah mahasiswa kayak gitu.

Oh tetapi apakah kampusnya saja yang biadab???. Maka kampus dan mahasiswa pun sama saja. Mahasiswa di kelas yang sibuk bermain hape dan tidak memperhatikan apa yang dosen jelaskan. Mahasiswi yang belajar hanya semalam sebelum ujian dan karena ujian, bukan karena mereka ingin tahu. Mahasiswa yang mencari angka-angka dalam selembar kertas dan bukan pengetahuan. Mahasiswa yang rela membolos untuk urusan mereka di luar sementara tidak rela masuk untuk menuntut ilmu. Begitu pula mahasiswa yang mengerjakan tugas sehari sebelum dikumpulkan. Tidak ada keinginan dan ketertarikan sama sekali dalam diri mereka. Tugas adalah beban. Itu saja. Dan hasil dari model semacam ini ya semacam itu. 

Ataukah seluruh fenomena ini hanya karena kesalahan pihak kampus? Ah entahlah mending saya tetap menghidupkan kampus ini dengan diskusi-diskusi gratisan saja dan untuk mengakhiri tulisan ini saya katakan

Lebih baik terpinggirkan daripada tenar cuman semalam

Birokrasi Kompleks

Mendengar lagunya slank yang berjudul Birokrasi Kompleks membangkitkan nalar saya untuk menulis coretan kelam ini, maka nampak lah lagu ini sebagai suatu gambaran-gambaran di universitas kita, fakultas kita, jurusan kita, dan segala proses administrasinya yang begitu sulit & kompleks.

Mau urus beasiswa saja contohnya, harus minta tanda tangan ini lalu tanda tangan sana, meja sini - meja sana,beli ini - beli itu sehingga kita pun terjebak dan terkurung didalamnya

Entah bagaimana sulitnya mengurus sesuatu sampai-sampai membuat kampus kita mirip dengan kantor, mirip dengan perusahaan, dan mirip dengan pabrik yang kesemuanya itu justru bercorak kapital. Jadi sampailah kita menyimpulkan bahwa kampus yang merupakan pusat peradaban ilmu telah tercoreng menjadi pusat pelayanan Birokrasi yang kompleks.

Meniru kata Roem "kuliah itu candu" memberi gambaran kepada kita semua yakni kita seakan-akan dibius oleh segala kebijakan birokrasi kita.

Akan tetapi tetapkanlah hati kita kawan bahwa kampus bisa membawa kita ke pusat peradaban ilmu itu, dengan cara menyatukan suara kita, suara persatuan tepatnya!

Tapi nampaknya ini cuman keluh kesah mahkluk yang rindu akan persatuan

TAN MALAKA (Edisi Hari Pahlawan)

Salam NADEMKRA!!!
Ketika  mahasiswa(i) saat ini masih terjerat dalam budaya Fun-Food-Fashion, maka hari pahlawan hanyalah sekedar momentum tiada arti sehingga pahlawan-pahlawan nasional kita yang tercinta hanya dikenang saat ini dan dilupakan hari-hari berikutnya.
Maka pahlawan Nasional seperti "Tan Malaka" merupakan bukti yang besar, dimana bahwa bangsa sendiri justru melupakan pahlawannya sendiri.
Akhirnya, pada tulisan kali ini bertepatan dengan momentum hari pahlawan , saya akan secara khusus mengupas kisah hidup tokoh yang paling kontroversial dalam sejarah Indonesi. Sekaligus menjadi pengantar untuk memahami pahlawan yang terbuang di Indonesia. Bagi kalian yang tertarik dengan cerita sejarah perjuangan Indonesia, Maka sosok TAN MALAKA patut untuk dibahas, pastikan kalian sediakan waktu khusus untuk baca kisahnya di bawah ini:

                                 PAHLAWAN REVOLUSIONER YANG LEGENDARIS
                                                              (TAN MALAKA)

Tan Malaka lengkapnya Ibrahim Datuk Tan Malaka menurut keturunannya ia termasuk suku bangsa Minangkabau. Pada tanggal 2 Juni 1897 di desa Pandan Gadang Sumatra Barat Tan Malaka dilahirkan. Ia termasuk salah seorang tokoh bangsa yang sangat luar biasa, bahkan dapat dikatakan sejajar dengan tokoh-tokoh nasional yang membawa bangsa Indonesia sampai saat kemerdekaan seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Moh.Yamin dan lain-lain.
Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini telah banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang orisinil, berbobot dan brilian hingga berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia mendapat julukan tokoh revolusioner yang legendaris. 
Pada tahun 1921 Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu juga merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Syarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan  aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu sehingga mengambil tindakan tegas bagi pesertanya.
Melihat hal itu Tan Malaka mempunyai niat untuk mendirikan sekolah-sekolah sebagai anak-anak anggota SI untuk penciptaan kader-kader baru. Juga dengan alasan pertama: memberi banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia kapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain); kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikuti kegemaran (hobby) mereka dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan; ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum kromo (lemah/miskin).
Untuk mendirikan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah. Dan sekolah itu bertumbuh sangat cepat hingga sekolah itu semakin lama semakin besar.
Perjuangan Tan Malaka tidaklah hanya sebatas pada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP dan aksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh.
Seperti dikatakan Tan Malaka pada pidatonya di depan para buruh Semua gerakan buruh untuk mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pernyataan simpati, apabila nanti menglami kegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner.
Pergulatan Tan Malaka dengan partai komunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasan supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Moskow diikuti oleh kaum komunis dunia. Dengan demikian tanggung-jawabnya sebagai wakil Komintern lebih berat dari keanggotaannya di PKI.
Sebagai seorang pemimpin yang masih sangat muda ia meletakkan tanggung jawab yang saangat berat pada pundaknya. Tan Malaka dan sebagian kawan-kawannya memisahkan diri dan kemudian memutuskan hubungan dengan PKI, Sardjono-Alimin-Musso. Pemberontakan 1926 yang direkayasa dari Keputusan Prambanan yang berakibat bunuh diri bagi perjuangan nasional rakyat Indonesia melawan penjajah waktu itu. Pemberontakan 1926 hanya merupakan gejolak kerusuhan dan keributan kecil di beberapa daerah di Indonesia. Maka dengan mudah dalam waktu singkat pihak penjajah Belanda dapat mengakhirinya. Akibatnya ribuan pejuang politik ditangkap dan ditahan. Ada yang disiksa, ada yang dibunuh dan banyak yang dibuang ke Boven Digul Irian Jaya. Peristiwa ini dijadikan  dalih oleh Belanda untuk menangkap, menahan dan membuang setiap orang yang melawan mereka, sekalipun bukan PKI. Maka perjaungan nasional mendapat pukulan yang sangat berat dan mengalami kemunduran besar serta lumpuh selama bertahun-tahun.
Tan Malaka yang berada di luar negeri pada waktu itu, berkumpul dengan beberapa temannya di Bangkok. Di ibukota Thailand itu, bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927 Tan Malaka memproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia (PARI). Dua tahun sebelumnya Tan Malaka telah menulis Menuju Republik Indonesia. Itu ditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Terbitnya buku itu pertama kali di Kowloon, Cina, April 1925. Prof. Moh. Yamin sejarawan dan pakar hukum kenamaan kita, dalam karya tulisnya Tan Malaka Bapak Republik Indonesia memberi komentar: Tak ubahnya daripada Jefferson Washington merancangkan Republik Amerika Serikat sebelum kemerdekaannya tercapai atau Rizal Bonifacio meramalkan Philippina sebelum revolusi Philippina pecah.
Ciri khas gagasan Tan Malaka adalah: (1) Dibentuk dengan cara berpikir ilmiah berdasarkan ilmu bukti, (2) Bersifat Indonesia sentris, (3) Futuristik dan (4) Mandiri, konsekwen serta konsisten. Tan Malaka menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam sekitar 27 buku, brosur dan ratusan artikel di berbagai surat kabar terbitan Hindia Belanda. Karya besarnya MADILOG mengajak dan memperkenalkan kepada bangsa Indonesia cara berpikir ilmiah bukan berpikir secara kaji atau hafalan, bukan secara Text book thinking, atau bukan dogmatis dan bukan doktriner. 
Madilog merupakan istilah baru dalam cara berpikir, dengan menghubungkan ilmu bukti serta mengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar dan urat kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia. Bukti adalah fakta dan fakta adalah lantainya ilmu bukti. Bagi filsafat, idealisme  yang pokok dan pertama adalah budi (mind), kesatuan, pikiran dan penginderaan. Filsafat materialisme menganggap alam, benda dan realita nyata obyektif sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama.
Bagi Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) yang pokok dan pertama adalah bukti, walau belum dapat diterangkan secara rasional dan logika tapi jika fakta sebagai landasan ilmu bukti itu ada secara konkrit, sekalipun ilmu pengetahuan secara rasional belum dapat menjelaskannya dan belum dapat menjawab apa, mengapa dan bagaimana.
Semua karya Tan Malaka dan permasalahannya dimulai dengan Indonesia. Konkritnya rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara serta kebudayaan, sejarah lalu diakhiri dengan bagaimana mengarahkan pemecahan masalahnya. Cara tradisi nyata bangsa Indonesia dengan latar belakang  sejarahnya bukanlah cara berpikir yang text book thinking dan untuk mencapai Republik Indonesia sudah dicetuskan sejak tahun 1925 lewat Naar de Republiek Indonesia.
Jika kita membaca karya-karya Tan Malaka yang meliputi semua bidang kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan sampai kemiliteran (Gerpolek-Gerilya-Politik dan Ekonomi, 1948), maka akan kita temukan benang putih keilmiahan dan keIndonesiaan serta benang merah kemandirian, sikap konsekuen dan konsisten yang direnda jelas dalam gagasan-gagasan serta perjuangan implementasinya.
Peristiwa 3 Juli 1946 yang didahului dengan penangkapan dan penahanan Tan Malaka bersama pimpinan Persatuan Perjuangan, di dalam penjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun. Setelah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun, September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin, Tan Malaka dikeluarkan begitu saja dari penjara akibat peristiwa itu.
Di luar, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi republik Indonesia akibat Perjanjian Linggarjati 1947 dan Renville 1948, yang merupakan buah dari hasil diplomasi Syahrir dan Perdana Menteri Amir Syarifuddin, Tan Malaka merintis pembentukan Partai MURBA, 7 November 1948 di Yogyakarta. Dan pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malaka gugur, hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya di tengah-tengah perjuangan Gerilya Pembela Proklamasi di Pethok, Kediri, Jawa Timur.
Namun berdasarkan keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Sukarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional. 


BERGELAP-GELAPLAH DALAM TERANG, BERTERANG-TERANGLAH DALAM GELAP !
- TAN MALAKA

Konferba FOKMAD

Paradoks Waktu Dan Uang

Beda dulu, beda sekarang... mungkin kalimat ini yang paling tepat menggambarkan penduduk bumi yang semakin kompleks. Jumlah manusia bertambah dan jenis pekerjaan pun semakin banyak hingga menjadi tumpukan kewajiban. Pada akhirnya, orang-orang bekerja, tapi di sisi lain, mereka mulai menghitung waktu sebagai uang.
Buruh-buruh pabrik harus menggerakkan tangan dengan cepat untuk membuat banyak barang, sedangkan sopir-sopir truk bermuatan harus mengirimkannya tepat waktu. Lalu, alat transportasi seperti pesawat, kapal laut, dan motor harus berangkat tepat waktu dan mesin pabrik tidak boleh berhenti meski hanya satu jam. Sebab, akan muncul kesalahn fatal jika sampai tidak tepat waktu. Dunia yang berputar pada porosnya seperti jarum jam, membuat waktu dinilai sama dengan uang
Pernyataan dari Benjamin Franklin yang menulis dasar deklarasi kemerdekaan Amerika, dengan jelas telah menunjukkan waktu adalah uang. Ketika Franklin berusia 17 tahun dan bekerja sebagai penjaga toko buku, seorang pengunjung menanyakan harga buku. Franklin menjawab 1 dolar dan pengunjung itu meminta diskon. Lalu, Franklin berkata harga bukunya menjadi  1 dolar 10 sen. Pengunjung itu terkejut, lalu membayar 1 dolar. Tapi kemudian, Franklin berkata lagi harga buku itu 1 dolar 20 sen yang menekankan kepada pengunjung itu untuk membayar kekurangannya. Pengunjung itupun marah kemudian menanyakan alasan Franklin menaikkan harga buku, Franklin menjawab, "waktu lebih berharga daripada uang. Karena anda mengambil waktu saya, bukankah pantas kalau anda harus membayar lebih atas pemakaian waktu dari harga buku?"

Pada hakikatnya waktu dan uang terperangkap dalam paradoks... yang mungkin bisa dinamai paradoks Waktan(Waktu & Uang). Waktu dan uang secara tidak langsung memiliki hubungan yang sangat dekat. Apa kalian tahu alasan kenapa kata "waktu adalah uang" dalam msyarakat modern menjadi pepatah paling penting???


KADER FOKMAD ANGKATAN IV

Berjuang melawan kekuasaan sama saja berjuang melawan lupa.

Problematika Pengelolaan Tanah (Eksklusif Hari Tani)

Tanah merupakan sumber daya penting dan strategis karena menyangkut hajat hidup seluruh rakyat Indonesia yang sangat mendasar. Disamping itu tanah juga memiliki karakteristik yang bersifat multi-dimensi, multi-sektoral, multi-disiplin dan memiliki kompleksitas yang tinggi. Sebagaimana diketahui masalah tanah memang merupakan masalah yang sarat dengan berbagai kepentingan, baik ekonomi, sosial, politik, bahkan untuk Indonesia, tanah juga mempunyai nilai religius yang tidak dapat diukur secara ekonomis. Sifat konstan tanah dan terus bertambahnya manusia yang membutuhkan tanah semakin menambah tinggi nilai tanah.

 

Dari waktu ke waktu, seiring dengan pertambahan penduduk, kemajuan teknologi dan industri, serta pergeseran budaya, jumlah kebutuhan akan tanah terus meningkat. Pergeseran budaya misalnya, telah merubah corak negara Indonesia yang dulu agraris menjadi negara yang secara perlahan mengarah pada negara Industri. Tanah yang dulu menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian besar rakyat khususnya di bidang pertanian, kini pemanfaatannya bergeser sebagai lahan yang diperuntukkan bagi industri dan perdagangan.

 

Pola pemilikan dan penguasaan tanah juga semakin terkonsentrasi pada sekelompok kecil masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan. Keadaan ini berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya yang penghidupannya bergantung pada tanah. Kebijakan pembangunan pemerintah yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi dengan fokus pembangunan di bidang industri dan perdagangan, tanpa memperhatikan masalah agraria sebagai basis pembangunan telah berdampak pada alih fungsi tanah sekaligus magernalisasi masyarakat pedesaan.

Alih fungsi tanah juga terjadi di daerah perkotaan. Seiring dengan meningkatnya aktivitas pembangunan khususnya di kota-kota besar, banyak lahan dan pemukiman penduduk di sekitar pusat pemerintahan dan pusat perdagangan beralih fungsi menjadi pabrik, pertokoan, atau fasilitas umum lainnya. Meningkatnya kebutuhan akan tanah yang diperuntukkan bagi kegiatan pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta membawa konsekuensi pada pemerintah untuk menyediakan lahan bagi kegiatan tersebut, sementara lahan yang tersedia bersifat terbatas. Keadaan ini memaksa pemerintah untuk melakukan pengambilalihan tanah rakyat.

prakteknya pengambilalihan tanah untuk kepentingan umum baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun swasta sering kali menjadi salah satu penyebab sengketa atas tanah yang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. baik berupa konflik yang disebabkan oleh pengalihan hak milik warga atau hak ulayat masyarakat adat untuk kegiatan pembangunan atau investasi maupun sengketa tanah yang melibatkan pihak aparat seperti TNI dan Kepolisian.

BPN menyebutkan sekitar 2.865 kasus sengketa tanah skala besar yang belum selesai dan berdampak pada terhambatnya penyelesaian pendaftaran dan pemberian hak atas tanah (Sinar Harapan:2007). Tulisan ini mencoba untuk mengkaji apa yang menjadi akar permasalahan konlfik pertanahan di Indonesia dan upaya untuk mengatasi hal tersebut?

Penggunaan Tanah Untuk Kegiatan Pembangunan

Problematika pengelolaan tanah muncul menjadi persoalan besar dan memburuk sejak diberlakukannya Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I yang merupakan titik awal pembangunan ekonomi melalui penerapan strategi pertumbuhan ekonomi (Mahanani, 2001: 21). Pelaksanaan strategi ini membutuhkan investasi dan modal besar melalui para investor baik domestik maupun asing, sedangkan kegiatan investasi itu sendiri memerlukan lahan sebagai sarananya baik melalui penggunaan tanah negara yang tersedia maupun melalui pengambilalihan tanah rakyat. Tindakan pengambilalihan tanah yang dilakukan oleh pemerintah tidak jarang dilakukan melalui cara-cara yang otoriter dan pada akhirnya menempatkan rakyat dalam posisi yang berseberangan dengan pemerintah.

Implementasi strategi pembangunan nasional sangat berpengaruh pada pelaksanaan Hak Menguasai Negara yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu dengan menerapkan kebijakan pertanahan yang arah dan tujuannya untuk mendukung pelaksanaan pembangunan tersebut. Berbagai peraturan pertanahan dan peraturan lainnya yang memerlukan akses tanah cenderung mengedepankan kepentingan pemilik modal. Lemahnya posisi rakyat terutama terhadap akses informasi pertanahan seperti sertifikasi dan keterbatasan pengetahuan akan hak-hak yang dimilikinya menjadikannya sasaran kesewenang-wenangan.

JALAN BARU GERAKAN RAKYAT PEKERJA MELAWAN NEOLIBERALISME

Sekiranya tema di atas bukanlah lagi menjadi barang baru bagi organisasi kita dalam melakukan pembacaan situasi hari ini. Jalan baru yang kita maksud adalah sebuah alternatif lain dalam berhadapan dengan Neoliberalisme yang kita pandang sebagai musuh bersama! Neoliberalisme telah melakukan sekian metemorfosa dalam melakukan penindasan-penghisapan terhadap rakyat, dan oleh karena itu pula mesin berkekuatan besar tersebut tidak mudah untuk dihancurkan. Hal ini tentu pula menjadi tantangan dalam kerja-kerja perubahan yang sedang dan akan terus kita kerjakan. Kiranya tak ada jawaban yang lebih konkrit untuk menjawab tantangan kerja tersebut selain melakukan terobosan aplikatif gagasan NDK sebagai antitesa atas situasi sosial hari ini.

Bersandar atas itu semua, bacaan ini semoga dapat membantu memberikan sebuah gambaran yang menyeluruh atas kerja-kerja organisasi kita ke depan. Di samping itu, begitu banyak percepatan laju gerak kader baik yang berada di dalam lingkup organisasi maupun tidak, menuntut kita untuk segera menemukan penyelarasan kerja di semua lini agar eksperimentasi yang telah dilakukan bisa menjadi suatu kerja-kerja organik yang sedikitnya mampu menjadi langkah kecil kita menuju cita-cita bersama atas pensemestaan Nasional Demokrasi Kerakyatan.

Pemanasan Global (Global Warming) & Model Pembangunan Neoliberalisme
Pemanasan global (global warming) akhir-akhir ini telah mengemuka menjadi isu sentral yang mengemuka di belahan dunia manapun. Selain itu, International Panel On Climate Change (IPCC) memperkirakan, kenaikan suhu bumi antara 0,5-2,0 derajat celcius tiap tahun terjadi peningkatan air laut hingga 10-12 cm, jika pemanasan global tidak ditekan, tahun 2010 air laut akan meninggi sampai 95 cm. Bahkan polusi semakin menggila, apabila karbondioksida (zat sisa pembakaran meningkat dua kali lipat bisa dipastikan temperatur bumi bakal menaik 4,5 derajat celcius. Pemanasan global juga memusnahkan 30 persen satwa dan tumbuhan Indonesia akibat kenaikan suhu 0,2-1 derajat celcius dalam 34 tahun terakhir ini. Tidak dapat diragukan lagi bahwa iklim bumi berubah karena tindakan manusia dan bukan karena sebab alami. Efek Rumah Kaca disebabkan oleh emisi gas-gas rumah kaca (GRK) semacam karbon dioksida, methane dan CFC. Gas-gas tersebut berasal dari dibakarnya bahan bakar fosil dan penebangan hutan. Perubahan seperti ini dapat berdampak drastis. Pola cuaca akan berubah, menyebabkan banjir, kemarau yang panjang dan mungkin musim dingin yang malah lebih dingin lagi di berbagai bagian dunia. Dengan melelehnya gunung-gunung es, laut akan pasang dan akan membanjiri daratan.

Di AS sudah ada gelombang panas yang menewaskan 200 an orang. Di China bagian tengah, Danau Donghu, Wuhan, Provinsi Hubei ribuan ikan seberat 30.000 kilogram mati karena polusi dan cuaca panas (Kompas, Jum’at, 13/07). Dampak ekologis tersebut terjadi akibat industri yang dijalankan sama sekali tidak memerhatikan keseimbangan tatanan struktur alam yang ada sehingga dampaknya pun akhirnya mengakibatkan bencana yang tak terelakkan lagi bagi mahluk hidup lainnya, termasuk manusia.

Fenomena ini sekaligus menunjukkan bahwa pola manusia dalam memenuhi tuntutan ekonomisnya tidak bisa dipisahkan dari faktor alam yang melingkupinya. Semuanya memiliki keterkaitan erat antara yang satu dengan yang lain. Keseimbangan ekosistem ternyata turut juga dipengaruhi dari tata cara manusia dalam menjalani kehidupan dengan sekian tuntutannya. Hal ini terbukti dari meningkatnya suhu panas bumi akibat proses industrialisasi yang dijalankan tidak memerhatikan aspek lingkungan.

Pada akhirnya, sudah tidak bisa dihindari lagi bahwa permasalahan pemanasan global akan memberikan dampak masalah yang kompleks mulai dari persoalan ekonomi, lingkungan hidup, bahkan sampai kelestarian spesies mahluk hidup. Namun bila diteliti lebih jauh, fenomena perubahan iklim lebih disebabkan karena kompetensi laju gerak industri negara-negara maju yang membabi buta. Artinya, kampanye atas isu global warming sesungguhnya tidak lain hanya sebuah ketakutan para pemodal internasional akan "krisis" sumber daya alam yang pada nantinya akan mengancam keberadaan industri negara-negara maju itu sendiri dimana industri yang dijalankan tersebut amat sangat bergantung pada sumber daya alam yang dimiliki negara-negara dunia ketiga.

Artinya, mode produksi kapitalisme yang membabi buta pasca terjadinya revolusi industri telah menyebabkan keseimbangan alam menjadi tidak terjaga. Seiring dengan itu semua, kebutuhan atas industrialisasi telah mendorong perjalanan sejarah peradaban manusia untuk meningkatkan kualitas pemenuhan kebutuhan hidupnya sehingga kemudian dimulailah babak baru baru untuk mencari bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industrinya di negara-negara dunia ketiga.

Pada akhirnya hubungan antara negara-negara maju dengan negara-negara dunia ketiga menciptakan hubungan antara negara pusat dengan negara pinggiran. Hubungan ini sangat tidak adil dalam perkembangannya, karena negara pusat hanya menjadikan negara pinggiran sebagai wilayah yang dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan industri negara pusat yang ironisnya tidak disertai dengan transformasi tekhnologi. Industrialisasi yang dilakukan negara-neara maju ini terjadi terus menerus membabi buta dengan menjadikan negara dunia ketiga sebagai korban karena sumber daya alam yang harusnya diperuntukkan bagi kemakmuran rakyatnya harus tersedot demi berlangsungnya industrialisasi.

Artinya, permasalahan sesungguhnya yang dihadapi umat manusia saat ini adalah mode prouksi global yang bertumpu pada sektor industri. Industri, sesungguhnya tidak selalu menghasilkan efek buruk bagi masyarakat jika saja industri tersebut berlandaskan kebutuhan masyarakat dan memerhatikan alam sebagai penyedia bahan baku. Akan ettapi praktek industrialisasi yang terjadi di dunia ketiga tidak memerhatikan kondisi yang dialami masyarakat saat ini. Industrialisasi yang berlangsung notabene adalah kepanjangan tangan dari ekonomi neoliberal untuk menghabisi kekuatan ekonomi nasional negara-negara pinggiran

PENDIDIKAN VS POLITIK?

Tulisan saya tentang politik dan pendidikan bukan memperbincangkan pertarungan antara pendidik dan politisi, tetapi lebih mengutamakan hubungan politik dan pendidikan karena pada hakikatnya politik & pendidikan adalah hubungan yang sangat kompleks.

Pendidikan di Indonesia begitu kompleks ketika diperbincangkan hampir sama halnya dengan politik yang begitu carut marut ketika dibicarakan. Kedudukan politik didalam Islam sama pentingnya dengan pendidikan. Tanpa otoritas politik, syariat Islam sulit bahkan mustahil untuk ditegakkan kekuasaan adalah sarana untuk mempertahankan syiar Islam.

Pendidikan bergerak dalam usaha menyadarkan umat untuk menjalankan syariat. Umat tidak akan mengerti syariat tanpa pendidikan.
Bila politik berfungsi mengayomi dari atas, maka pendidikan melakukan pembenahan lewat arus bawah. Pemikiran Plato soal pendidikan & politik telah tertulis dalam bukunya yang berjudul Republica, Plato meyakini adanya hubungan dinamis antara aktivitas kependidikan & Aktivitas politik.

Dalam ungkapan Abernethy & combee, pendidikan & politik saling terkait tanpa bisa dipisahkan. Menurut mereka, hubungan timbal balik antara pendidikan dan pendidikan politik dapat terjadi melalui tiga aspek
- pembentukan sikap kelompok
- masalah pengangguran
- peranan politik kaum cendekia

ORGANISASI ATAU SEKEDAR POPULARITAS

Tidak ada yang abu-abu dalam berorganisasi. Yang ada hanya hitam & putih baik dan buruk. Kalaupun organisasi yang anda masuki terlihat baik, bisa saja hanya tipuan . Lama-kelamaan kamu baru menyadari bahwa organisasi tersebut merugikan.
Organisasi yang hanya mengedapnkan aspek pencitraan dibanding keilmuan maka organisasi tersebut hanya mengejar popularitas. Terkadang kualitas organisasi hanya ditentukan dari segi kuantitas.
Dengarkan hati kecilmu saat berorganisasi. Jika didalam organisasimu kamu merasa tertekan dan tidak bahagia, lebih baik tinggalkan masih banyak organisasi yang bisa menghargai para anggotanya. Buat apa bertahan di organisasi tersebut jika hanya memberikan kebahagian semu bernama popularitas!!

Bagaimana Menjadi Laut??

Dunia Yang Bermoral???

FILOSOFI PANGGILAN 'BUNG'

Kata “Bung” kerap menjadi sebutan panggilan bagi kawan - kawan kami di Fokmad. Panggilan “Bung” juga ditemukan di Tanah Melayu, khususnya di negeri Pahang, dengan arti yang sama. Jika “Bang” lebih merupakan sebutan kekerabatan terhadap kakak, atau sebutan umum untuk menuakan seseorang, maka “Bung” justru berkesan menghapus jenjang itu. Dalam “Bung” terkandung sikap egalitarian, tanpa menanggalkan rasa hormat di antara penggunanya.

Dalam kondisi perang, “Bung” menemukan wataknya yang revolusioner, sehingga digunakan sebagai sapaan kebanggaan di antara para pejuang. Tak mengherankan, ketika “Bung” yang melekat pada nama para pejuang itu, diingat pula sebagai sebutan bagi pahlawan, seperti terpantul dari sajak Chairil Anwar, Krawang Bekasi yang berbunyi:
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno, menjaga Bung Hatta, menjaga Bung Sjahrir

Kata “Bung” pun menjadi keteguhan bangkit dan melawan! Pada saat itu, muncul poster yang terlukis sebagai gambar orang yang dirantai, tetapi rantai itu sudah putus. Lalu, seorang penyair, Chairil Anwar memberi kata :
“Boeng, ajo boeng.”

Dalam catatan sejarah perubahan, kaum muda memiliki peran dan andil yang sangat besar terhadap perubahan yang terjadi di Nusantara ini. Mereka berdeterminasi untuk memperjuangkan terwujudnya kesejahteraan rakyat. Namun demikian, jati diri pemudi-pemuda Indonesia yang ingin menjadi Agent of Change,Social of Control, & Moral of Force nampaknya sudah memudar.
Seperti yang dapat kita saksikan, kondisi bangsa saat ini penuh dengan berbagai persoalan kompleks.

Kini, sebutan “Bung” jarang terdengar sebagai panggilan publik bagi pemimpin kita. Sejarah kata “Bung” pun sama sekali tidak masuk ke bangku-bangku sekolah. Begitulah, “Bung” menguap seperti asap. Mungkin karena revolusi dirasa telah selesai, atau mungkin sebutan “Bung” memprasyaratkan penyandangnya berbuat sesuatu tanpa pamrih. Hal ini yang terasa langka pada masa sekarang. Mungkin juga, hubungan antara pemimpin dan rakyat cenderung semakin berjarak, sehingga tidak perlu sapaan lagi bagi seorang pemimpin.

KETUA BARU FPPI PERIODE 2016-2018

Selamat atas terpilihnya Trisno sebagai ketua baru FPPI Kota Makassar

ANTIVIRUS ORGANISASI??

Pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini muncul dari hiruk pikuk yang terjadi ketika organisasi mengalami gangguan dan orang lalu mengatakan bahwa gangguan itu timbul sebagai akibat "ada"-nya suatu virus. Berbagai usaha mengatasi hal itu biasanya dilakukan dengan mengaktivasi program-program yang kategorinya disebut AntiVirus jika dianalogikan pada komputer.

Sebagai istilah yang sebelumnya hanya lazim di lingkungan biomedis, term VIRUS ketika digunakan untuk menjelaskan ihwal gangguan atas komputer ada hubungannya dengan mekanisme internal komputer yang disebut BIOS yang sekilas lalu memang identik dengan peristilahan BIOLOGI. Padahal, istilah BIOS yang berlaku dalam komputer adalah kependekan dari BI yang artinya GANDA dan OS yang merupakan singkatan dari OperatingSystem.

Kenapa komputer berlaku dengan pengerjaan dua sistem operasi ada kaitannya dengan bahwa performa komputer sebagai mesin dari tampilan luarnya adalah seperti televisi yang digabung dengan mesin ketik dalam konfigurasi tertentu berbasis klasifikasi memmory. Walau hal itu hanyalah gambaran dari tampilan luar, penting tentunya kita memahami perbedaan atau mungkin juga persamaan antara komputer dengan televisi di satu sisi dan perbedaan dan atau persamaan komputer dengan mesin ketik.

Paling tidak, pertanyaan yang muncul adalah menyangkut bagaimanakah kita mengusahakan terminasi yang memadai antara BIOS dengan periode yang terbentuk sejak berlakunya status DualCore daripada processor sebagaimana menjadi ikon mutakhir dari produk IT.

Mengenai pertanyaan atas bagaimanakah kita memeriksa Virus dan AntiVirus kisaran pembahasannnya adalah mengenai hal yang mungkin timbul menjadi masalah justru ketika kita menggunakan istilah ANTI dalam program yang digunakan mengatasi gangguan virus-virus yang ada. Bukan tidak mungkin dibutuhkan perlakuan baru ketika konfigurasi AntiVirus malah melahirkan virus-virus baru yang lebih kuat dan sulit diidentifikasi. Salam Perjuangan!

Lawan Kriminalisasi Gerakan Rakyat dan Wujudkan Demokrasi Sejati

                    Demokrasi yang telah diperjuangkan dengan tetesan darah oleh gerakan mahasiswa dan rakyat hingga berhasil menumbangkan rezim otoriter dengan memaksa Soeharto mengumumkan pengunduran diri pada 21 Mei 1998. Kini telah tiada setelah berkuasa selama 32 tahun diatas jutaan nyawa rakyat tak berdosa) namun politik orde baru masih terus berjalan, para kroni Soeharto-orba masih berkuasa hingga saat ini. Berbagai tragedi masa lalu (seperti: pembantaian massal 1965, MALARI , AMARAH, TANJUNG PRIOK, MARSINAH, PAPUA, SEMANGGI) hingga kini belum juga terselesaikan. Alih-alih menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu, kini berbagai pelanggaran HAM dan pembungkaman demokrasi terus dilancarkan oleh pemerintahan pasca Soeharto hingga sekarang Joko Widodo. Sebut saja penembakan petani Takalar, pembunuhan warga pampang Makassar saat aksi menolak kenaikan harga BBM, pemukulan terhadap aksi-aksi mahasiswa, pelarangan pemutaran film-film tertentu, hingga pembubaran paksa aksi damai Gerakan Buruh Indonesia (GBI) yang berlanjut pasa pengkriminalisasian/ancaman pidana.

                    Pemerintahan Joko Widodo jelas hanya berpihak pada kepentingan Modal-investor, tak boleh ada aktivitas yang bisa menghambat laju perputaran kapital. Dengan dalih stabilitas, semua rakyat harus tunduk, tak boleh ada yang melakukan Demo menuntut kesejahteraan, pemutaran film tertentu (Senyap,Samin Vs Semen dll) bahkan diskusi pun dibatasi walau dikampus sekalipun, tempat dimana ide dan intelektualitas dipertarungkan, kini kampus hanya menjadi tempat dimana anak muda di didik untuk menjadi buruh murah yang Patuh. (AMI,30 Oktober 2015)

SUDAH SAATNYA KITA MENGGUGAT DOSEN

Sudah saatnya kita menggugat dosen, mungkin itu kata yang tepat bagi kawan-kawan mahasiswa saat ini. Berbagai banyaknya problematika dosen yang kita liat saat ini , seharusnya sudah mampu menyadarkan mahasiswa agar menggugat dosen.

Dosen bukanlah dewa, dan mahasiswa bukanlah kerbau yang selalu mau digiring(Adaptasi Soe Hoek Gie), Tetapi yang saya harus tegaskan disini gak semua dosen yang harus digugat hanya beberapa. Dosen yang selalu datang terlambat, dosen yang selalu merasa benar, dosen yang tak tahan kritik.... Secara garis besar Mungkin itulah Dosen yang pantas masuk ke keranjang sampah.

Kehendak akan kebenaran  atau Saya tidak pernah salah lah yang mungkin dipakai dosen tersebut untuk mendidik mahasiswanya. Bayangkan saja masih ada saja  dosen yang saya dapati tidak mampu membedakan mendidik dengan mengajar sekaligus tidak memberi contoh teladan yang baik dan masih ada dosen yang salah dalam menyampaikan pasal-pasal... Anehkan???

Sebagai Agent of Change & Social of Control sudah saatnya kita menggugat Dosen!!!!
"MENOLAK TUNDUK MENUNTUT TANGGUNG JAWAB"

Moralitas Itu Berbahaya (Rumah Filsafat)

 Moralitas Itu Berbahaya

Ada satu pola menarik di dalam sejarah. Para pelaku kejahatan terbesar justru adalah orang-orang yang hidup dalam bayang-bayang moralitas. Para penguasa Persia di masa lalu merasa bermoral tinggi, dan melakukan penaklukan ke berbagai penjuru Timur Tengah. Para penguasa Mesir di masa lalu merasa bermoral tinggi, dan memperbudak penduduknya sendiri untuk membangun Piramid.
Orang-orang Yahudi mengaku bangsa bermoral dan bertuhan. Namun, mereka yang menyalibkan Yesus, tanpa alasan yang bisa dipertanggungjawabkan. Kekaisaran Ottoman Turki mengaku bermoral dan bertuhan. Namun, mereka melakukan penaklukan berdarah ke berbagai penjuru negara Timur Tengah.

Eropa mengaku sebagai benua yang beradab dan bertuhan. Namun, mereka memperbudak dan menjajah begitu banyak bangsa selama kurang lebih 500 tahun. Hitler hidup dalam panduan moral yang tinggi. Ia menjadi otak sekaligus pelaksana pembantaian orang-orang Yahudi di masa perang dunia kedua.

Amerika Serikat mengaku bangsa yang bermoral dan bertuhan. Namun, mereka menjadi otak dari begitu banyak pembantaian massal di berbagai penjuru dunia di abad 20. Kini, para teroris dengan pandangan Islam ekstrimisnya menjadi pelaku kekerasan di berbagai penjuru dunia. Mereka juga mengaku bermoral dan bertuhan.

Mengapa ini terjadi? Mengapa orang-orang yang mengaku bermoral, bertuhan dan beragama justru menjadi pelaku kejahatan-kejahatan terbesar di dalam sejarah? Saya berpendapat, bahwa sumber dari segala kejahatan ini justru lahir dari moralitas itu sendiri. Moralitas bukanlah solusi atas kejahatan, melainkan justru akar dari kejahatan itu sendiri.


Moralitas

Moralitas adalah pertimbangan baik dan buruk. Apakah suatu tindakan baik? Apakah suatu tindakan buruk? Keputusan apa yang baik untuk saya ambil? Inilah kiranya pertanyaan-pertanyaan terkait dengan moralitas.

Kita juga seringkali menggunakan pertimbangan moral dalam membuat keputusan-keputusan penting dalam hidup. Apakah pernikahan baik untuk saya? Pekerjaan mana yang baik untuk saya? Jahatkah saya, jika saya mengambil keputusan ini?

Satu hal yang pasti adalah, bahwa moralitas adalah pertimbangan pikiran. Ia terjadi di dalam pikiran manusia. Ia tidak ada secara nyata dan empiris di dalam kenyataan sehari-hari. Moralitas bukanlah kenyataan alamiah.

Apa itu kenyataan alamiah? Sesungguhnya, kenyataan alamiah tidak memiliki konsep atau kata untuk menjelaskannya. Ia adalah “sesuatu”. Para filsuf Eropa menyebutnya sebagai “Ada” (Being, Sein, to on). Para mistikus India menyebutnya sebagai “Diri” (the Self). Namun, sejatinya, ia tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Moralitas itu Berbahaya

Lalu, mengapa moralitas itu berbahaya? Moralitas, seperti saya jelaskan sebelumnya, selalu terkait dengan baik dan buruk. Jika sebuah pertimbangan dianggap buruk secara moral, maka orang akan menjauhinya. Jika sebuah pertimbangan dianggap baik secara moral, maka orang akan mengikutinya.

Namun, hidup tidak sesederhana itu. Apa yang buruk biasanya memikat. Apa yang baik biasanya membosankan. Inilah yang sekarang ini banyak terjadi.

Ketika orang melakukan yang buruk, maka ia akan memperoleh kenikmatan sementara. Namun, semua itu akan berakhir pada penyesalan dan penderitaan. Orang akan merasa bersalah, karena ia telah bertindak jahat. Tindakan tersebut telah menyakiti dirinya dan orang lain.

Orang yang suka berbohong memang kelihatan berhasil pada awalnya. Namun, semakin lama, jika ia terus berbohong, ia akan tenggelam di dalam kebohongannya. Ia tidak bisa lagi membedakan kenyataan dan kebohongan yang ia bangun sendiri. Ia pun hidup dalam penderitaan.

Sebaliknya, ketika orang bertindak baik, maka ia akan berusaha untuk mempertahankan tindakannya tersebut. Ia lalu melekat dan terikat dengan tindakan tersebut. Ia tergantung secara emosional dengan tindakan itu. Dalam perjalanan waktu, tindakan baik itu menghasilkan banyak tegangan batin di dalam dirinya.

Tegangan batin, pada akhirnya, akan menghancurkan tindakan baik tersebut. Yang muncul kemudian adalah perasaan bersalah, karena orang tak lagi mampu mempertahankan tindakan baik itu. Orang merasa munafik atau justru menjadi orang yang munafik. Ia justru malah menjadi kejam pada sesamanya dan dirinya sendiri. Tak heran, banyak pelaku kejahatan kejam di dalam sejarah justru adalah orang yang memiliki prinsip moral tinggi, atau bahkan amat religius.

Orang yang memegang erat prinsip jujur akan mengalami ketenangan batin pada awalnya. Namun, ia hanyalah manusia. Ia tidak bisa jujur setiap saat dan setiap waktu. Ada waktunya, ia perlu berbohong, seringkali dengan alasan-alasan yang masuk akal. Orang yang memegang erat prinsip jujur juga pada akhirnya akan berbohong juga. Ini akan melahirkan perasaan bersalah dan penderitaan yang amat dalam pada orang tersebut.

Jadi, tindakan buruk menghasilkan tegangan dan penderitaan. Tindakan baik juga menghasilkan ketegangan dan penderitaan. Keduanya melahirkan tegangan dan ketakutan di dalam batin. Dari  tegangan, penderitaan dan ketakutan batin tersebut, orang justru malah menjadi kejam pada orang lain, dan pada dirinya sendiri. Ini seperti lingkaran setan yang tak bisa diputuskan.

Moralitas menghasikan semacam keterpecahan kepribadian di dalam diri manusia. Ia terbelah antara harapan tentang dirinya sendiri, dan keadaan nyata di depan matanya tentang dirinya sendiri. Moralitas menghasilkan semacam neurosis di dalam pikiran manusia. Ia memiliki fungsi terbalik, yakni justru mendorong orang untuk menjadi tidak bermoral.


Moral dan keputusan

Sayangnya, kita seringkali menggunakan pertimbangan moral di dalam membuat keputusan. Pertimbangan moral, dan tindakan yang lahir darinya, selalu melahirkan ketegangan di dalam batin. Ketegangan batin berujung pada penderitaan batin. Banyak orang tak kuat menanggung tegangan dan penderitaan batin tersebut. Mereka justru menjadi orang yang paling kejam.

Maka, menurut saya, moralitas itu berbahaya. Ia mencoba menyelesaikan sebuah masalah dengan menciptakan masalah-masalah baru. Banyak negara yang mengaku bermoral justru bertindak kejam terhadap warganya dan terhadap negara lain. Ini lahir dari tegangan dan penderitaan yang sudah selalu tertanam di dalam moralitas itu sendiri.

Indonesia mengaku sebagai negara bermoral dan beragama. Semua orang berteriak soal moral dan agama. Namun, korupsi dan  kebohongan menyelubungi dunia politik kita. Diskriminasi dan kebencian mewarnai hidup bermasyarakat kita. Kita pun gemar menghukum mati orang-orang yang kita anggap tak layak hidup. Ini contoh yang amat pas untuk menggambarkan bahaya dari moralitas yang justru menghasilkan kemunafikan dan kekejaman.

Panduan Baru: Kejernihan Berpikir

Yang jelas, kita membutuhkan panduan lain dalam hidup kita, selain moralitas. Kita membutuhkan pijakan lain untuk membuat keputusan. Moralitas seolah menjadi jawaban, namun ia seringkali justru melahirkan masalah-masalah baru yang lebih besar. Moralitas adalah sesuatu yang harus dilampaui.

Saya menawarkan panduan lain, yakni kejernihan berpikir. Pertanyaan yang harus diajukan bukanlah “Apakah ini baik atau buruk?”, melainkan “Apakah ini lahir dari kejernihan berpikir, atau tidak?” Pikiran yang jernih berarti lepas dari pertimbangan baik dan buruk. Pikiran yang jernih berarti lepas dari pertimbangan untuk dan rugi.

Pikiran yang jernih bersifat alamiah. Ia muncul dari kesadaran diri manusia, dan bukan dari pertimbangan akal budi, baik-buruk atau untung-rugi. Pikiran yang jernih melihat situasi nyata. Ia bersikap tepat pada setiap keadaan yang terjadi.

Pikiran yang jernih tidak sibuk dengan masa lalu. Pikiran yang jernih menolak untuk melompat ke masa depan. Ia berfokus pada situasi disini dan saat ini. Ia memecahkan masalah sesuai dengan konteksnya masing-masing.

Bagaimana melahirkan kejernihan berpikir? Caranya sederhana: stop melakukan analisis dan stop berpikir! Lakukan apa yang mesti dilakukan disini dan saat ini. Bertindaklah mengalir secara alamiah dari saat ke saat.

Berbohong bukanlah baik atau buruk. Ia amat tergantung pada kontqeks. Berbohong untuk menyelamatkan nyawa orang lain adalah tindakan yang lahir dari kejernihan berpikir. Membunuh untuk mempertahankan diri dan keluarga dari serangan perampok adalah tindakan yang juga lahir dari kejernihan berpikir. Membunuh dan berbohong adalah tindakan yang jernih, jika dilakukan secara tepat pada keadaan-keadaan tertentu.

Melampaui Moralitas

Ketika pertimbangan akal budi masuk, maka kejernihan hilang. Ketika orang sibuk memikirkan baik dan buruk, maka kejernihan hilang. Ketika orang sibuk memikirkan untung dan rugi, maka kejernihan hilang. Orang yang sibuk memikirkan baik dan buruk akan terus mengalami ketegangan di dalam hatinya.

Ia seperti hidup dalam penjara yang dibangun oleh pikirannya sendiri. Hal yang sama terjadi dengan orang yang selalu sibuk melakukan pertimbangan untuk dan rugi di dalam hidupnya. Hidupnya tidak akan pernah lepas dari kecemasan. Dari kecemasan itu, ia bisa bertindak kejam pada orang lain, dan pada dirinya sendiri.

Moralitas melahirkan ketegangan. Ketegangan mendorong sikap agresif. Sikap agresif lahir bisa diarahkan pada orang lain, atau pada diri sendiri. Selama orang masih melekat pada moralitas, selamanya ia akan terjebak pada lingkaran setan ketegangan dan penderitaan hidup.

Jalan keluar dari masalah ini hanya satu: kejernihan berpikir. Orang yang hidup dengan kejernihan pikiran tidak hanya berhasil dalam karir, tetapi juga menemukan kebahagiaan dan kedamaian sejati di dalam batinnya. Ia keluar dari lingkaran setan kehidupan yang dibangun oleh moralitas. Jadi, apakah pikiranmu sudah jernih?

Kajian Teoritis ( Sejarah Gerakan Rakyat)

        Dilihat dari sudut pandang dan sejarah,negara ini bagaikan pelacur(dijajah,dirampas,ditubuhi) lalu ditinggalkan seluruh perhiasan-perhiasan, Negara mulai dirampas pada era 1511 yang notabenenya adalah kenikmatan. Contohnya saja Portugis,Belanda,Inggris,Jepang yang hanya menggerogoti tubuh Hindia Belanda.
        Dilihat dari awal mulanya masuk kolonial di Hindia.Nusantara itu bermuara pada pelayaran Marcopolo dengan kapal Vacto De Gama untuk membuktikan bahwa bumi itu bulat
         Hasil dari pelayaran itulah negara-negara Eropa berbondong-bondong masuk ke Hindu karena melihat dua pulau dari hasil pelayaran Marcopolo yaitu pulau emas
Di Papua dan Pulau padi Di Kalimantan. Inilah cikal bakal masuknya para kolonial di bumi nusantara/hindia Belanda (01/April/2016)

KAJIAN TEORITIS FOKMAD

               Hari Jumat tanggal 24 Maret tahun 2016  jam 9 malam. Fokmad sukses mengadakan kajian teoritis seputar permasalahan pendidikan di Indonesia. Dengan tema "Revolusi Pendidikan " kajian tersebut terbilang aktif  dengan Bung Fanshuri sebagai pemateri. Kajian ini di hadiri  oleh seperempat anggota.
             "Materi kajian pada hari ini bisa dibilang menarik dan seru sehingga bisa mengetahui hakikat mahasiswa itu sendiri " kata bung Rusman.. selain itu kata kata terakhir dari bung fanshuri sebagai penutup diskusi "Mendidik Rakyat dengan Perlawanan Mendidik Penguasa dengan Perlawanan!!!!" (24/03/2016)

KADER FOKMAD ANGKATAN I

Kader Fokmad Angkatan II

SINDIRAN BUAT UIN ALAUDDIN MAKASSAR

PENGURUSAN ADMINISTRASI SEPERTI ANTRIAN SEMBAKO 


Mungkin itu hanya sekilas kata sindiran jika melihat situasi kampus yang sangat padat dan begitu sesak oleh kerumunan mahasiwa yang berlalu lalang dengan kesibukan masing-masing mengurus pembayaran kuliah, pengurusan akhir kuliah (skiripsi) atau administrasi lainnya. Namun sebelum pengurusan itu selesai kita wajib melewati “RUANGAN ADMINISTRASI DILANTAI DUA” khususnya di Fakultas Tarbiyah sebagai syarat mutlak, ini seperti memasuki labirin kesesatan atau mungkin wormhole (lubang cacing) yang sangat sulit untuk kita masuki. Kita mungkin akan berpikir kenapa pihak kampus berani membuat kebijakan tanpa melihat keadaan dan kondisi. Seharusnya kebijakan bukan dibuat hanya menguntungkan satu pihak (birokrasi) tetapi mahasiswa juga harus. Ini tentang bagaimana sulitnya mengurus berkas akademik dengan penerapan sistem antrian yang harus melewati loket-loket pengurusan sistem seperti ini sama seperti antrian sembako pada waktu bulan idul fitri telah tiba. Sekiranya kita sepakat dengan penerapan sistem itu tapi, Jika dipikir ulang bagaimana bisa dua loket dengan dua pegawai mengurusi antrian ribuan mahasisiwa.....!!!???. herankan...

Hari-hari yang kita jalani akan semakin menjadi muak, dijalanan laki-laki tua bertopi petani mendorong kursi roda lantaran kakinya putus karna kusta dan ternistakan pula oleh masyarakat yang lebih tertarik untuk berteriak dan mengulurkan tangan untuk korban palestina sedangkan kemiskinan dinegara sendiri tumbuh subur seperti jamur dimusim hujan, penjahat agama begitu pintar menyembunyikan kebiadaban dibalik bait-bait suci, orang hipokrit pura-pura berbuat kebaikan sedangkan dibalik kepala telah bertahta wajah keserakahan. Dikampus apalagi.......politik kampus sama busuknya dengan politik praktis mengikis habis peradaban dan menjadikannya hiasan-hiasan dinding yang dipajang dipamflet-pamflet, dihalaman buku saku mahasiswa, diportal akademik. Premanisme di legalkan dan dipelihara, kekerasanpun dibenarkan dengan alasan yang ambigu, kritikan menjadi ancaman dari perspektif akademik menjadikan kaum pergerakan menemukan jalan buntu dan tercekal dengan ancaman DO memaksakan mereka untuk tunduk.


Formulir pendaftaran FOKMAD

Apa Itu Fokmad?

Forum adalah sebuah metode yang sering digunakan oleh masyarakat dalam membangun komunikasi antar individu dan menciptakan demokrasi dalam berpendapat, Penggunaan Forum saat ini semakin menjamur akibat perkembangan peradaban manusia.
Sementara itu, aplikasi forum dalam penyebarluasan ide tak terbantahkan lagi keragaman dan keefektifannya.
Oleh karena itu, FOKMAD sebagai salah satu Forum aplikasi lanjutan dari pengolahan komunikasi dan demokrasi sehingga dapat menghilangkan sentimen dari berbagai organisasi mahasiswa yang sangat bervariasi baik secara persuasif maupun konfrontatif
Sehingga Forum Komunikasi Mahasiswa Demokrasi (FOKMAD) membentuk diri sebagai organisasi mahasiswa yang berdedikasi tinggi atas keilmuan dimana forum menjadi strategi nya dalam menggabungkan seluruh elemen mahasiswa agar belajar bersama semata-mata demi keilmuan
Fokmad bertujuan untuk menciptakan kader-kader yang intelektual dan sosialis .
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html