Kampus Yang Tak Kurindukan

Kampus tak selalunya berkaitan dengan urusan intelektual yakni, pertukaran ide ataupun transfer keilmuan, kampus yang sekarang tidak menjadi lagi tempat murni berbagi keilmuan.

 Justru apa yang sebenarnya ada didalam kampus? Orang yang sok tahu berbicara tentang hal-hal agama, politik, dan sosial, seperti soal-soal yang dikuasai. Setiap orang ingin jadi hakim yang selalu benar. Dosen disambut hangat kedatangannya lalu dicaci maki kepergiannya. Cerita omong kosong lebih berharga dibanding renungan intelek. Soal romantika dikalangan mahasiswi lebih diusut lebih mendalam daripada buku bacaan ringan. Penjual buku yang memanfaatkan status jabatan sebagai dosen dan mewajibkan mahasiswanya membelinya.

Tulisan Fokmad kali ini  akan menggambarkan sosok kampus yang nyaris gak ada indah-indahnya,beradab-adabnya, dan baik-baiknya sehingga mendorong mahasiswa tidak akan  merindukan kampusnya lagi setelah pulang ke kampungnya. Seperti judul tulisan ini "Kampus Yang Tak di Rindukan".

Tidak ada ruang yang hijau, tidak ada kebebasan berorganisasi, tidak ada kebebasan berpendapat, birokrasi yang kompleks, tidak ada dana kuliah yang murah, parkir pun dibayar, tidak ada buku gratis, makan gratis,kopi gratis, diskusi gratis, seminar gratis, bazaar gratis dan beberapa tahun kedepan lagi tidak ada yang gratis. Mungkin saat ini ada seminar gratis tapi gak akan berkualitas karena sangat sarat dengan kepentingan ekonomi dan politik... liat saja spanduk seminar yang sponsornya berjejeran dan tema nya begitu pro dengan status quo.
Ruang keilmuan kampus yang merupakan tempat pertukaran ide antara dosen dan mahasiswa tidak bisa dikatakan ruang keilmuan yang ideal karena ruang kelas tersebut jauh dari kata kelayakan. Lantai yang retak, proyektor yang terbatas, jendela pecah, kursi yang tak nyaman, dan berbagai masalah ruang kelas yang begitu kontra dengan humanisasi.

Oh kampus ku jangan salahkan mahasiswa kalian yang hanya tau kuliah pulang kos karena kampus sudah tidak ada daya tariknya lagi bagi mahasiswa tersebut. Rambut gondrong, celana robek, dompet tipis, badan kurus, muka suram, dan bersifat anarko merupakan antitesis dari kampus itu sendiri. Jika tesisnya kampus yang biadab maka sudah pasti antitesisnya adalah mahasiswa kayak gitu.

Oh tetapi apakah kampusnya saja yang biadab???. Maka kampus dan mahasiswa pun sama saja. Mahasiswa di kelas yang sibuk bermain hape dan tidak memperhatikan apa yang dosen jelaskan. Mahasiswi yang belajar hanya semalam sebelum ujian dan karena ujian, bukan karena mereka ingin tahu. Mahasiswa yang mencari angka-angka dalam selembar kertas dan bukan pengetahuan. Mahasiswa yang rela membolos untuk urusan mereka di luar sementara tidak rela masuk untuk menuntut ilmu. Begitu pula mahasiswa yang mengerjakan tugas sehari sebelum dikumpulkan. Tidak ada keinginan dan ketertarikan sama sekali dalam diri mereka. Tugas adalah beban. Itu saja. Dan hasil dari model semacam ini ya semacam itu. 

Ataukah seluruh fenomena ini hanya karena kesalahan pihak kampus? Ah entahlah mending saya tetap menghidupkan kampus ini dengan diskusi-diskusi gratisan saja dan untuk mengakhiri tulisan ini saya katakan

Lebih baik terpinggirkan daripada tenar cuman semalam
Comments
0 Comments

0 comments:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html