MAHASISWA DIBALIK KATA-KATANYA

Akhirnya sampailah kita kepada titik dimana esensi ke-mahasiswa-an itu harus di pertanyakan. Sebab kebanyakan mahasiswa masing-masing memperebutkan kekuasaan. Disediakannya ruang-ruang 'penyelamat' oleh pihak kampus menjadikan mahasiswa bernaluri 'maling', berhasrat untuk berkuasa, serta berkehendak untuk menguasai. Seperti halnya dewan mahasiswa (DEMA), senat mahasiswa (SEMA), serta himpunan mahasiswa jurusan (HMJ). Mahasiswa yang berwatak 'maling' itu tidak menjadikannya sebagai ruang-ruang strategis untuk memperbaiki kebobrokkan sistem kampus, justru yang ada mereka menjadi penindas-penindas baru. Saat momentum pemilihan dari ketiga 'ruang penyelamat' diatas, para kandidat (calon) masing-masing membangun kubu.
Mendoktrin mahasiswa baru (junior), serta memanipulasi hak kepemilikan suara dengan mengatasnamakan solidaritas dan perubahan.

Gerombolan mahasiswa diatas sama halnya seperti seribu anjing memperebutkan satu tulang. Saat terpilih, para penindas baru itu tidak meluruskan kebengkokkan sistem kampus; malah yang terjadi adalah menguasai serta mendominasi ruang-ruang itu. Fungsional dari penindas baru diatas bukan sebagai dewan mahasiswa, senat mahasiswa, himpunan mahasiswa jurusan, tapi fungsinya hanya untuk melakukan 'penggelapan uang' ke kantong-kantong pribadi "Bagi-bagi duit"!.
Serta yang paling konyol adalah mereka mendominasi ruang-ruang itu bersama angota-angotanya. Terbukti yang lebih dominan diruang-ruang itu adalah kalangan 'sesama organisasi'. Sehingga yang mengendalikan ruang-ruang mahasiswa adalah 'organisasi'. 

Uang bisa membuat mereka lupa diri. Tak perduli runtuhnya moral padahal ia katanya ber-esensikan moral. Inilah yang disebut sebagai moral kapitalis. Dosen menindas mahasiswa, mahasiswa menindas mahasiswa. Kenapa penindas baru diatas tidak pernah berlaku transparan? Dari mana sumber duitnya? Akan dialokasikan kemana? Fungsinya apa? Atau jutru merekalah yang melakukan politik uang (money politic)?. Renungkan! Pikirkan! Lakukan! Bertindaklah selayak-layaknya mahasiswa!
 
Bagi mahasiswa yang berpikir akdemis nilai (IPK) adalah penunjang utama. Sarjana (title) adalah capaian akhir. Ijazah adalah kitab suci pekerjaan. Tahap penyelesaian adalah tahap penentuan. Melewati segala penentuan dengan persyaratan. Mulai dari mengajukan judul, berkonsultasi dengan 'dosen pembimbing', menyusun draf, membuat proposal, sampai kepada skiprsi. Kesemuanya itu dilakukan atas nama ujian. Seolah tuhan menguji hambanya. Seakan dosen menguji mahasiswanya. Teriakkan lantang 'hidup mahasiswa' sudah terkubur dibawah selimut kesadaran palsu. Seperti inikah mahasiswa dibalik kata-katanya?

Sebagian lainnya mengklaim diri 'aktivis' saat berkecimpung diruang lingkup akdemik kampus. Berpikir kritis bahwa perubahan harus dilakukan. Membenarkan yang salah, menyalahkan yang salah. Pasca berakhir sebagai akademisi apakah masih berpikiran yang sama? Masih berpikir kritis kah? Anti penindasan kah? Kebanyakan dari mereka yang mengklaim dirinya 'aktivis' langgeng berpolitik praktis, menjalankan sistem sebagai penindas baru. Yang dulunya mereka berkata anti sistem, menolak sistem, akhirnya pasca itu mereka menjadi penjilat atas ludahnya sendiri!

Oleh Anas Fardilah
Comments
0 Comments

0 comments:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html