KEMANA KURIKULUM PENDIDIKAN KITA DIARAHKAN

Oleh: Dilan

Pada umumnya banyak orang memandang bahwa pendidikan adalah kegiatan mulia yang berwatak netral dan lahir dari niat tulus untuk memperbaiki kondisi hidup manusia. Praktek pendidikan mencangkup transformasi segenap ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan sehari hari. Tuanya praktek pendidikan sama dengan tuanya usia umat manusia karena sejak lahir sampai kematiannya manusia selalu mengalami proses pendidikan.

Namun tak banyak orang yang sadar mengenai tujuan dan hakikat dibalik praktek pendidikan. Pendidikan ternyata tak lepas dari berbagai macam kepentingan ideologis. Perbedaan ideologis dalam pendidikan muncul sebagai akibat dari perbedaan mendasar mengenai pandangan tentang hakikat manusia dan kehidupan. Praktek dan tujuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah misalnya tak dapat dilepaskan dari ideologi yang dianut oleh pemerintah sendiri. Pemerintah yang menghendaki pembangunan dan industrialisasi dan memilih jalan ideologis tertentu, jelas akan banyak menyiapkan sekolah dan kampus yang akan mendukung tujuan tersebut. 

Hendri Giroux dan Aronowitz dalam bukunya yang berjudul Ideology, Culture, And The Process Of Schooling, melakukan klasifikasi mengenai tiga paradigma utama dalam dunia pendidikan yang terkadang luput dari perhatian setiap orang.

Paradigma pendidikan pertama ialah pendidikan konservatif. Pendidikan konservatif berangkat dari keyakinan bahwa setiap manusia sejak lahir sudah diciptakan dengan kemampuan yang berbeda satu sama lain dan hal tersebut adalah hukum alam yang sulit untuk dirubah. Pandangan konservatif lama meyakini bahwa kondisi seseorang ditentukan oleh kekuatan diluar dirinya, misalnya oleh kekuatan takdir tuhan. Lalu pandangan konservatif baru meyakini bahwa kondisi seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri. Pintar atau bodohnya seseorang merupakan sesuatu yang alamiah namun bisa dirubah jika dia beruntung. Jika tidak beruntung, bagaimanapun usahanya, kondisinya tak akan pernah berubah. Sehingga penting bagi setiap orang untuk memiliki sikap sabar dan menerima apa adanya atas kondisi yang ada.

Paradigma yang kedua ialah pendidikan liberal. Pendidikan liberal berangkat dari keyakinan bahwa setiap manusia diciptakan dengan kemampuan setara. Akibatnya setiap orang selalu memiliki potensi untuk menjadi manusia unggul, ia terisolir dari sistem sosial ekonomi dan politik yang ada, ia dapat unggul tergantung seberapa keras usaha yang dilakukannya.  Manusia menurut pandangan liberal adalah individu otonom yang lepas dari objek lainnya serta memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan nasibnya sendiri.

Paradigma yang ketiga ialah pendidikan kritis. Pendidikan kritis berangkat dari keyakinan bahwa setiap manusia memiliki kemampuan yang setara namun sistem sosial, ekonomi dan politik  yang ada membuat manusia akhirnya tidak setara. Ada manusia yang diuntungkan oleh sistem sedangkan ada manusia yang dirugikan oleh sistem. Oleh karena itu pendidikan menurut paradigma kritis, ialah arena perjuangan bagi setiap orang untuk melanggengkan atau meruntuhkan sistem yang ada. Usaha yang dilakukan untuk mengubah kondisi diri seseorang tak akan membuahkan hasil tanpa usaha untuk merubah sistemnya.

Ketiga paradigma pendidikan diatas berdampak luas para tujuan dan praktek pendidikan.  Pendidikan konservatif sangat mendambakan situasi aman dan harmonis, karena kondisi manusia sudah ditentukan sejak lahir serta setiap oranghanya diwajibkan untuk bekerja dan berusaha sesuai dengan kemampuannya, maka apapun hasilnya harus diterima tanpa ada penyesalan atau pemberontakan. Pendidikan konservatif tak mau berurusan dengan usaha usaha yang bertujuan untuk mengubah kondisi masyarakat karena bagi mereka hal tersebut hanya akan melahirkan kekacauan. Pendidikan konservatif ingin melanggengkan status quo atau kondisi yang ada dan tidak menghendaki adanya perubahan radikal dalam masyarakat. Konsekuensi dari keyakinan tersebut nampak dalam upaya mempertahankan tradisi yang telah mapan seperti misalnya tentang tradisi pembelajaran satu arah antara guru dan murid dimana guru sebagai subjek pembelajaran dan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Guru berada pada posisi yang tinggi dan dengan demikian tidak menghendaki adanya perubahan peran yang akan membuat posisinya setara dengan murid. Pada pendidikan formal, kurikulum yang disusun selalu berpedoman pada kebenaran yang dianggap absolut, selalu berpegang pada nilai nilai lama dan menganggapnya universal, serta ingin melestarikan tatanan yang telah ada. Usaha perubahan yang dilakukanpun hanya sekedar diarahkan untuk mengembalikan nilai nilai lama yang hilang.

Sementara pandangan liberal sangat mendambakan kondisi dimana individu bebas untuk memaksimalkan potensi dan kreativitas dirinya tanpa hambatan apapun sehinga perubahan dalam masyarakat akan selalu terjadi bahkan harus selalu terjadi untuk mengikuti perkembangan kecerdasan manusia meskipun bertentangan dengan nilai nilai lama. Karena setiap individu otonom dan bebas dari objek lain, maka ia tidak terikat pada sistem dan tidak pula punya tanggung jawab pada orang lain. Pandangan liberal juga meyakini bahwa karena semua manusia dilahirkan dengan potensi yang setara, maka pendidikan akan membuat setiap orang memiliki kemampuan dan keterampilan hidup yang setara juga tergantung usaha dan kerja keras yang dilakukannya. Konsekuensi dari pandangan tersebut misalnya tercermin pada perubahan peran guru yang dahulu menjadi subjek pembelajaran dan sumber ilmu berubah menjadi guru sebagai motivator dan fasilitator saja bagi murid untuk mendorong murid agar mandiri dan bekerja keras. Guru memotovasi murid untuk sukses dengan cara kerja keras, disiplin, berani berkompetensi, berani bersaing, punya semangat juang tinggi, pantang menyerah, dan lain lain. Dalam pendidikan formal, kurikulum yang disusun selalu mengikuti perkembangan dan kebutuhan zaman. Jika murid hidup dalam sistem kapitalisme, maka kurikulum dalam pendidikan liberal menyiapkan murid untuk siap dan unggul dalam sistem kapitalisme. Pendidikan liberal berupaya membekali murid dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang akan membuatnya memenangkan pertarungan di masa depan. Pendidikan liberal tak perlu mempertanyakan sistem yang ada, melainkan menyiapkan murid agar siap dalam menghadapi sistem tersebut.

Dan yang terakhir, pandangan kritis sangat mendambakan perubahan dalam masyarakat menuju kondisi yang lebih baik karena pandangan kritis melihat dalam masyarakat terdapat banyak ketidakadilan dan ketimpangan. Pendidikan bagi paradigma kritis, harus mampu menyadarkan bahwa ketidaksetaraan yang muncul dalam masyarakat bukan karena manusia dilahirkan tidak setara, bukan pula karena sebagian manusia lebih unggul dan lebih keras usahanya dibanding manusia lain, melainkan karena sistem sosial, ekonomi dan politik yang berlangsung saat ini memang tidak adil dan menguntungkan sekelompok orang. Bagi pandangan kritis, pendidikan konservatif hanya menciptakan murid murid penakut yang tunduk pada keadaan sehingga melanggengkan dominasi yang ada. Begitujuga bagi pandangan kritis, pendidikan liberal hanya menciptakan orang orang yang tamak yang lupa akan kondisi masyarakatnya dan hanya mementingkan dirinya sendiri.

Bagi pandangan kritis, praktek dari dua paradigma pendidikan tersebut merupakan praktek dehumanisasi atau praktek penjauhan manusia dari nilai nilai kemanusiaannya. Konsekuansi dari pandangan kritis ialah tercermin dari peran guru yang bukan lagi menentukan nilai baik dan buruk bagi murid, bukan lagi menjadi motivator dan fasilitator bagi murid, melainkan menjadi orang yang menyadarkan murid atas kondisi yang tidak adil dalam masyarakat. Misalnya, murid diajak untuk menganalis mengapa terjadi ketimpangan dan kemiskinan ditengah pertumbuhaan kapital yang tinggi. Murid diajak untuk belajar dan merasakan penderitaan yang dialami oleh orang miskin sehingga muncul kepekaan sosial dan keinginan untuk mengubah kondisi masyarakatnya dan menggugat sistem yang membuat orang orang miskin dan melarat. Pada pendidikan formal, kurikulum pandangan kritis selalu menggugat tatanan yang sudah mapan, mempertanyakan status quo, mendialogkan setiap keyakinan dan kebenaran yang ada, selalu mencari alternatif baru dalam menghadapi masalah, dan menganggap bahwa pendidikan adalah sebuah proses transformasi masyarakat menuju kondisi yang lebih baik serta merupakan sarana pemberontakan yang efektif untuk menghancurkan tatanan nilai dalam sistem yang tidak adil dan memiskinkan masyarakat.

Berdasarkan klasifikasi dari Henri Giroux dan Aronowitz diatas, kita melihat bahwa pendidikan adalah ranah yang tidak netral melainkan senantiasa diperebutkan oleh setidaknya 3 ideologi besar yang berusaha menetukan arah pendidikan. Diluar itu memang ada varian ideologi lain yang merupakan kombinasi dari ketiga ideologi utama diatas. Lantas, jika kita berkaca pada klasifikasi Hendri Giroux dan Aronwitz serta melihat penyelenggaraan pendidikan formal di Indonesia saat ini, kemanakah kurikulum pendidikan kita diarahkan?

Referensi

F. Oneil, William. Ideologi-Ideologi Pendidikan. 2008. Pustaka Pelajar: Jakarta

Giroux, H.A. Ideology, Culture and the Process of Schooling. 1981. Temple University and Falmer Press: Philadelphia

Comments
0 Comments

0 comments:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html