Perempuan Bukan Boneka Kapitalisme

Oleh:Rika Sahutri
Pada zaman primitif dimana kaum lelaki dan perempuan bekerja sama dalam melangsungkan kehidupannya.Tidak ada kelas maupun kelompok di dalamnya dan saling melindungi antara satu sma lain. bekerja karena keinginan hatinya tidak ada unsur pemaksaan dari siapapun. menggantungkan hidupnya pada alam,  ketika persediaan  alam itu berkurang maka mereka memilih untuk berpindah-pindah tempat.  sehingga keadaan itu mengharuskan mereka bertemu dengan kelompok lainnya, pertentanganpun terjadi yang akhirnya melahirkan 2 kelompok yaitu kelompok yang kuat dan kelompok yang lemah. inilah cikal bakal lahirnya kelas.
Seiring dengan berkurangnya persediaan alam disertai adanya rasa takut terhadap musuhnya maka kelompok itu memilih untuk tinggal menetap pada suatu wilayah. terjadilah pembagian kerja, di karnakan ada salah seorang perempuan yang sedang mengandung maka perempuan tersebut dibiarkan tinggal dan tidak di bolehkan untuk berburu. ide brilian muncul dari pengalaman seorang perempuan yang melihat biji buah yang jatuh kemudian tumbuh sehingga mereka memutuskan untuk bercocok tanam. Kaum laki-laki pun tak mau kalah dengan kaum perempuan sehingga mereka memutuskan untuk berternak.
Sebelum negara didirikan,  manusia hidup dalam keadaan alami. Suatu keadaan dimana watak manusia adalah bebas, tanpa ada batasan apapun. Dalam masyarakat ini yang berlaku adalah hukum alam, dimana tiap-tiap orang berusaha mempertahankan dirinya untuk hidup, kalau perlu dengan menyerang orang lain. Dalam keadaan seperti inilah yang membuat setiap individu selalu merasa tak aman, selalu dalam keadaan ketakutan atas keselamatan dirinya,  karena pada dasarnya manusia adalah serigala bagi manusia lain ( homo homini lupus).
Dari pertentangan-pertentangan kemudian hadirlah negara untuk menciptakan perdamaian. Negaralah yang menjadi agen sejarah untuk membantu manusia yang sekarang berproses menjadi manusia yang sempurna di kemudian hari.  Keinginan negara adalah keinginan umum untuk kebaikan semua orang. (budiman, 1996:5).
Tetapi seperti kita lihat dari sejarah terbentuknya negara hingga pada konteks sekarang negara justru dijadikan alat dari kelas yang berkuasa,  walaupun negara bertujuan mendamaikan pertentangan kelas itu namun konflik itu tetap tidak terdamaikan ketika masih ada kepemilikan pribadi. Negara seharusnya dapat memberikan keadilan terhadap setiap warga negaranya baik dalam pekerjaan maupun pendidikan, laki-laki maupun perempuan.
Sejak awal 1900-an, ketika terjadi perubahan besar di era industrialisasi dunia, diiringi juga dengan meningkatnya jumlah penduduk dan munculnya ideologi-ideologi radikal. Salah satunya adalah perubahan status perempuan di ruang publik dan ruang privat. Keadaan perempuan indonesia pada waktu itu masih dalam konservatisme dan sangat terikat oleh adat. Pengajaran di sekolah hanya di peruntukkan bagi anak laki-laki,  sedangkan anak-anak perempuan hanya mendapat pendidikan di rumah atau dilingkungan keluarga dan pendidikan yang di perolehnya tidak lebih dari persiapan untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik. Memasak,  menjahit,  membatik merupakan sebagian besar kegiatan anak-anak perempuan. Ikatan adat sangat kuat yang tidak memungkinkan mereka lepas dari kungkungan adat dan keluarga, dan kalau di bandingkan dengan anak laki-laki mereka jauh ketinggalan.
ketika kita melihat nasib kaum perempuan, dimana sejak awal masuknya penjajah sampai sekarang perempuan hanya menjadi objek seksual bagi kaum lelaki.  Dimana perempuan hanya dijadikan budak oleh kaum-kaum yang berkuasa. belanda menjadikan perempuan pribumi sebagai pemuas hasrat seksual para tentara belanda pada saat itu. Mereka tidak dibiarkan untuk berperang dan berpendidikan.
RA kartini, pelopor gerakan emansipasi, menyerukan agar bangsa indonesia di beri pendidikan,  khususnya kepada perempuan indonesia karena mereka yang memikul tugas suci. Oleh karna kaum muda harus berpartisipasi dalam kemajuan dan menolak konservatisme dan untuk mencapai itu semua kartini meminta "agar bangsa jawa di beri pendidikan". Dalam hal ini jelas bahwa bagi kartini pendidikan merupakan persoalan pokok dalam masyarakat indonesia. Pendidikan bukan hanya ditujukan kepada kaum laki-laki tetapi pendidikan bagi kaum wanita juga harus mendapat prioritas.
Di dunia pekerjaan pun terdapat pendiskriminasian terhadap perempuan, buruh perempuan di pekerjakan dengan waktu yang sama dengan buruh laki-laki tetapi gaji yang didapat tidak sama, laki-laki mendapatkan gaji yg lebih tinggi dibanding dengan perempuan. Padahal ketika kita membandingkan dari segi kebutuhan,  kebutuhan perempuanlah yg lebih banyak ketimbang laki-laki.
Konteks sekarang ini Perempuan mendapatkan penindasan yg double ketimbang laki-laki. selain bekerja mereka juga harus merawat keluarganya. Disaat mereka bekerja otomatis mereka tidak dapat merawat keluarganya.  Inilah yang menjadi beban berat terhadap perempuan ketika ada masa dimana perempuan itu seharusnya tidak bekerja karna kesehatannya akan terganggu tetapi ketika mereka tidak bekerja maka gajinya akan di kurangi. Contohnya ketika si perempuan menstruasi atau ketika perempuan hamil seharusnya mereka di berikan cuti yang cukup agar kesehatan bayi dan dirinya tidak terganggu tetapi perusahaan hanya memberi mereka cuti dengan waktu 2 hari.
Sungguh ironis nasib perempuan milenial yang di jadikan komoditi oleh penguasa. Bukan saja tenaganya yang di eksploitasi tetapi bentuk dari tubuhnya pun di eksploitasi.  Tenaga pekerja perempuan dibuat sedemikian rupa agar bisa menarik pelanggan bahkan pakaiannya pun di tentukan oleh si pengguasa. Harus berpenampilan cantik dan berpakaian seksi. Itu adalah salah satu cara agar perempuan mendapatkan pekerjaan.
Dalam agama juga terdapat pendiskriminasian terhadap perempuan.  Contohnya semisal laki-laki di bolehkan untuk berpoligami sedangkan perempuan tidak di bolehkan, Seorang istri tidak di bolehkan keluar rumah tanpa izin dari suaminya, laki-laki mendapakan warisan lebih banyak ketimbang perempuan.
Budaya patriarki sangat awet hingga saat ini. Agama menjadi pendukung utama dari budaya patriarki sehingga stigma yang muncul itu adalah stigma negatif terhadap perempuan. perempuan diharuskan memakai jilbab dan rok,  perempuan dilarang keluar malam, dilarang berdemonstrasi, dilarang bersuara besar, dilarang berbaur dengan laki-laki, harus pintar masak dan masih banyak lagi. ketika mereka melanggar maka mereka di anggap sebagai perempuan nakal/tidak bermoral.
Jadi jangan heran ketika ada laki-laki yang mengatakan bahwa tugas perempuan hanya di dapur,  sumur dan di kasur,  karena perempuan sekarang tidak mampu melawan ketertindasannya. Tidak mampu merubah keadaan sosial seperti yang di cita-citakan oleh RA kartini. Terkungkung dalam jeratan kapitalisme yang menghegemoni kita melalui doktrin-doktrin agama agar tidak mampu melakukan aksi perlawanan.
Melalui momentum internasional women's day ini yang merupakan sejarah pergerakan perempuan.  Untuk kaum laki-laki jangan hanya merayakannya dengan bunga atau bingkisan-bingkisan hadiah  tetapi berilah hadiah dengan menyadarkan perempuan dari konteks ketertindasannya.  Dan bagi kaum perempuan buktikan kepada kaum laki-laki bahwa kita sebagai perempuan  juga mampu merubah keadaan sosial, rubahlah persepsi laki-laki tentang perempuan karna lewat sejarah kita dapat melihat bagaimana keahlian seorang perempuan dengan ide-ide briliannya.  Lanjutkan perjuangan RA kartini " habis gelap terbitlah terang" jangan sampai kata-kata itu hanya menjadi hiasan tak bermakna.
Comments
0 Comments

0 comments:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html