AGAMA DAN PROBABILITAS SAINS

                         AGAMA DAN PROBABLITAS SAINS
Oleh: Almufdi


     Sejenak berdiskusi dan berpikir dalam ruang kelas demi kebebasan berpikir. banyak beranggapan bahwa agama dan sains berjalan selaras karena banyak yang menafsirkan ayat-ayat dalam kitab suci selaras dengan teori sains namun klo kita menelisik peristiwa sejarah perkembangan sains, terjadi pertentangan tentang teori heliosentrisme dimana galileo galilei menerima inkuisi dari gereja katolik pada masa itu dukungan, galileo terhadap teori tersebut mengalami pertentangan dengan gereja katolik di roma yang menganggap bahwa pemahaman tersebut bid`ah terhadap ajaran dalam agama katolik. 

     Namun klo digunakan persfektif etika dalam pengetahuan mungkin mampu menjadi solusi, karna keberadaan pengetahuan jika tidak dikontrol dengan etika justru akan menjadi masalah, misalnya saja pengetahuan tentang kekuasaan yang dimana sekarang kita berada situasi ilmu pengetahuan justru menjadi alat menipu jadi alat eksplorasi alam dsb. suatu ketika dalam kelas saya diperhadapkan oleh sahut-sahut yang menyatakan  bahwa setelah lulus saya ingin bekerja di pertambangan biar bisa cepat kaya. Namun dalam kajian dinamika sosial, ternyata 70% persen kerusakan lingkungan akibat operasi tambang. inilah satu bukti jika pengetahuan hanya dibangun dari sikap kapitalisme yang dimana pengetahuan justru menjadi alat penyiksa bagi kaum-kaum yang tak memiliki kuasa, penghisapan akan terus ada dan mungkin semakin berlipat ganda. Ketika pengetahuan tidak dibangun atas dasar etika dan moral dalam berpikir. Kerjanya cuma eksploitasi rusak alam, gusur warga, korupsi. Untuk Apa Berilmu Kalo Hanya Digunakan Untuk Menindas Rakyat. Baca Diskusi Aksi.


                    "MENDIDIK RAKYAT DENGAN PERGERAKAN, MENDIDIK PENGUASA DENGAN PERLAWANAN"

KESADARAN DAN IDENTITAS

                        KESADARAN DAN IDENTITAS
Oleh: Almubdy

     Manusia dibangun akan kesadaran dan pengalaman, setidaknya identitas manusia yaitu berpikir dan bertindak. Namun kadang manusia cenderung membentuk suatu kesadaran yang nyatanya tidak menjadi solusi akan ketertindasan yang dia alami. 

     Sederhananya ketika kamu lapar akan mencari makanan tapi kamu tidak paham apakah hari esok saya akan dapat makan?. Keberagamaan ini yang kadang membentuk suatu kelas di masyarakat, rakyat kecil menganggap dirinya tidak tertindas karna orientasi kebutuhannya hanya berpacu pada makan dan minum, sedangkan para investor menganggap dirinya tertindas karna orientasi kebutuhan tidak berpacu pada makan dan minum.

     Kesadaran yang dibentuk oleh individu-individu tersebut yang kadang membuat semakin terhisab dalam identitas yang menurutnya jelas namun tidak sadar dia semakin lama terbelenggu akan kebutuhannya. 
Keberagamaan dan keselarasan mungkin mampu menjadi solusi akan hiruk pikuk nya dunia sekarang, kadang tokoh-tokoh atau kaum intelektual sudah bergerak untuk membagikan ceramah kepada kelas-kelas ini untuk sama-sama bergerak selaras namun tetap saja sulit dalam menyatukan pemikiran yang berbeda. 

     Pasti ada saja yang bertentangan akan penyelarasan ini pasti saja ada kontroversi atas suatu kebijakan, kadang manusia cenderung menyalahkan sesuatu tapi tidak paham akan masalah yang ia hadapi. Ketika negara memunculkan suatu aturan atau perintah kepada rakyat, kadang-kadang akan melahirkan sebuah kritikan namun kritikan yang kadang ditorehkan oleh sekelompok rakyat yang menganggap itu bukan bagian dari kebutuhan, sedangkan di sisi lain kelompok yang lain  santai-santai saja. 

     Padahal seharusnya manusia akan tertarik berada di suatu keadaan ketika kelompok-kelompok tertentu menjadikan itu suatu kebutuhan. Sederhananya  ketika muncul sesuatu yang baru manusia akan mencari tau hal itu dan menjadikan hal ini sesuatu yang menarik. Dan tak berselang berapa lama ketika hal itu sudah dianggap tidak menarik manusia akan mencari hal-hal baru yang mungkin bisa memunculkan identitas baru akan individu-individunya. 

     Stigma-stigma yang berada atas hal ini mungkin sederhana namun menjadi suatu masalah ketika individu tersebut tidak melakukan suatu upaya atas masalah yang nyata. Entah itu masalah kemiskinan, gizi buruk, buta huruf, pengangguran, kebodohan yang mendara daging. Kalo negara dibentuk akan kesadaran harusnya rakyat bergerak bersama dengan kesadaran, jangan bergerak akan identitas sampe 1000 kali pergantiaan pemimpin tak akan merubah bangsa dan negara ini yang katanya menyimpan segala kekayaaan akan alamnya namun dimiskinkan karna kebodohan yang mendara daging, mudah dihasut dengan isu identitas mudah di adu domba karna ras dan hancur karna candu akan agama. 

     Kesadaran yang dibentuk dan keberagamaan yang ada jangan menjadi masalah tapi jadilah sebuah solusi atas perbedaan itu. Jika perjuangan dan pergerakan manusia berada pada kesadaran fitrah manusia tidak hanya berpacu pada ekonomi dan kekuasaan. Perubahan pasti akan kita raih walaupun butuh waktu lama namun pasti, namun ketika orientasi manusia hanya masih berpacu dalam kerangka hal itu sampe dunia ini berada pada titik nol. Perubahan dan harapan kaum-kaum yang sadar tak akan tercapai. Kalo soekarno bilang berikan aku 10 pemuda maka akan kuguncangkan dunia, dan berikan aku 100 orang tua maka akan kucabut semeru dari akar-akarnya. Ini sebuah harapan sederhana namun mampu membawa perubahan. Karna tidak ada lagi pertentangan dan tidak ada lagi polemik semua bergerak untuk tujuan bersama. Hidup Rakyat,Hidup Manusia Yang Sadar.

APAKAH TANGGUNG JAWAB YANG AKAN MENGHANCURKAN PERJUANGAN?

Apakah tanggung jawab yang akan menghancurkan perjuangan?
Oleh: Akram Suhendra

     Apabila tanggung jawab yang akan merubah garis perjuangan kenapa harus takut mengemban tanggung jawab? Namun jangan jadikan tanggung jawab sebagai kesewenang-wenangan dalam bertindak yang menanggalkan kesadaran kedewasaan dalam berorganisasi yang akan menghancurkan realnya perjuangan, realnya garis besar haluan organisas"GBHO" Itu sendiri dalam organisasi.

     Terkadang ketakutan akan struktur yang mencekam menjadikan jabatan sebagai kekuatan kekuasaan atas kesewenawenangan yang menjadikan bagian terbawah sebagai kambing hitam atas ketidak jelaskan kerja-kerja yang terjadi terhadap tugas di bagian struktur dalam berorganisasi.

     Yang perlu di garis bawahi bahwa dalam tugas struktur organisasi sudah jelas melalui tanggung jawab individu yang memegang penuh bagian dalam struktur melalui setiap bagian yang telah di tetapkan dalam organisasi. Terkadang individu seringkali melupakan tugas dan tanggung jawab hingga melenceng dalam tuntutan organisasi yang sedang individu itu emban di dalam struktur, sehingga seringkali terlalu takut ketika bagian yang menjadi tanggung jawabnya tak berjalan sesuai apa yang di tetapkan sehingga cenderung mencari kesalahan terhadap bagian terendah dalam struktur organisasi.

     Sikap dalam berorganisasi bukan persoalan kekuasaan dan seberapa cerdas isi otak yang berfikir, namun seberapa baik sikap kesadaran berorganisasi tanpa menjatuhkan individu lain yang akan merusak mental setiap bagian dalam struktur organisasi.

     Yang diharapkan adalah yang menjungjung tinggi kedewasaan berorganisasi. Seseorang yang terlibat dalam organisasi tentunya atau idealnya, harus memiliki hal ini. Legowo menerima kenyataan bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak berjalan selaras atau tak sesuai dengan tuntutan organisasi. Dalam organisasi bukan hanya satu kepala namun isinya banyak kepala, banyak kepentingan dan tidak hanya dia yang mempunyai tugas dan tanggung jawab pribadi. Idealnya dia bisa menekan ego pribadi, dan mengutamakan, dan tentunya mendukung pelaksanaan keputusan bersama dalam organisasi.

     Menjadikan kritik yang masuk sebagai bagian yang wajar dalam berorganisasi adalah salah satu bentuk kedewasaan bukan malah megintimidasi bagian terendah dalam struktur organisasi yang menimbulkan perpecahan dalam organisasi. Dalam kritikan yang masuk individu harusnya menyadari kesalahan dan memulai merekonstruksi kembali kerja-kerja yang dijalankan bukan lagi mencari kambing hitam yang menjadikan bagian bawah struktur organisasi sebagai pelampiasan kesalahan yang akan memperkeruh situasi.

     Yang perlu diingat bahwa, ukuran kedewasaan bukan atas dasar sudah seberapa besar tingkatan kesadaran, seberapa cerdas isi kepala tapi lebih ke seberapa kita mampu memilih tindakan yang positif dalam menyikapi semua yang berbeda yang mulai melenceng dari garis kordinasi organisasi, seberapa kita mampu melihat sisi celah kesalahan yang ada, menyelesaikan secara kolektif sehingga tak terjadi diskomunikasi dalam berorganisasi. 

  "MENDIDIK RAKYAT DENGAN PERGERAKAN, MENDIDIK BIROKRASI DENGAN PERLAWANAN. "

   

MENJELANG AKHIR KEHIDUPAN

"Menjelang Akhir Kehidupan"
Oleh: Rikasahutri

     Sejarah bukan untuk di ulang melainkan di pelajari. Pengalaman adalah pelajaran yang paling berharga. Belajar dari sejarah tahun 98 tentang kebijakan yang di keluarkan oleh Rezim yg otoritarian. Kebijakan yang hanya melindungi status quo semata yang sangat tidak pro terhadap rakyat.

     Dan sekarang sejarahpun terulang di bawah kepemimpinan pak presiden yang tidak jauh berbeda dengan rezim orde baru.  Dengan sewenang-wenang mengeluarkan kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat. Jangan berlagak lupa, buka mata dan telingga pak!. Karna suara rakyatlah yang membuat bapak mendapatkan gelar presiden. Kekuasaan tertinggi ada pada rakyat pak presidenku yang kelewatan gantengny!!! Dan dengan sangat mudah saja menurunkan bapak dari jabatan tersebut. Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat!!! bapak buta sejarah? Atau malah sengaja melanjutkan orde baru jilid II-nya?

     Pengesahan revisi UU KPK mengagetkan seluruh rakyat indonesia. Lembaga istimewah yang menjadi ketakutan bagi para pencuri uang rakyat yang punya banyak kuasa dalam menangani nepotisme, kolusi dan korupsi kini di lemahkan lewat keputusan tersebut. Ini adalah salah satu cara elit politik agar dengan leluasa dapat mencuri tanpa ada sanksi apapun. Ketika KPK tidak bisa di beli maka jalan lain adalah di kebiri.

     Bukankah penguatan kpk adalah janji yang harus di laksanakan? Bukankah ratusan bapak-bapak DPR yang terhormat itu seharusnya mewakili aspirasi rakyat?

     Indonesia membutuhkan RUU KUHP untuk mengamankan negeri ini, membela yang benar dan menghukum yang salah. Sehingga UU KUHP menjadi pedoman dasar untuk pembelaan rakyat sesuai dengan tindakan yang di lakukan. Tetapi hadirnya RUU KUHP dengan 10 pasal kontroversial membuat negeri ini menjadi heboh. Kebijakan yang di keluarkan dalam RUU KUHP mencerminkan bahwa yg mengeluarkan adalah orang-orang yang tidak terpelajar, sangat tidak irasional bukan mengguntungkan rakyat malah merugikan.

     Atas dasar apa yang terhormat disana mengeluarkan kebijakan bahwa "mengkritik presiden di penjara 6 bulan" ?  Sedangkan yang memilih anda adalah rakyat sendiri.

     Negara indonesia adalah negara demokrasi. Kritik mengkritik itu wajar-wajar saja. kritikan itu lahir dikarnakan adanya keganjalan saat roda kepemerintahan di jalankan. Apakah dengan di terapkannya pasal tersebut akan membuat rakyat takut? Rakyat tidak takut!!!   Rakyat akan terus bergerak ketika mereka sadar akan adanya ketidak adilan di negeri ini.#%
Menolak tunduk menuntut tanggungjawab!!!

     Hidup gelandangan di denda 1 juta?  Sungguh lucu kebijakan tersebut. Itu otak di simpan di dengkul yaa makanya hasilnya jadi seperti ini!!!.  Menjadi gelandangan itu bukan kehendak mereka pak . Negara seharusnya berperan penting dalam menanggulangi gelandangan, memberikan lapangan pekerjaan atau tunjangan sehingga mereka bisa membangun usaha-usaha kecil guna menunjang kebutuhannya. Tetapi kebijakan konyol ini hanya akan membuat yang miskin semakin miskin. Yang tertindas semakin tertindas. Atau kebijakan ini adalah cara pemerintah untuk memeras rakyat kecil?

     Punya hak apa bapak ? Atau sudah tidak ada kesibukan lain ? Sampai-sampai urusan ranjangpun bapak urusi!! Tubuhku milikku!!

     RUU PKS lebih penting untuk di sikapi. Pengesahan RUU PKS Adalah mimpi indah untuk kaum perempuan. RUU PKS adalah perlindungan untuk kami kaum perempuan yang sering di tindas oleh orang-orang yg tidak bertanggung jawab. Sudah terlalu banyak kekerasan-kekerasan seksual yang terjadi. Merampas hak milik perempuan tetapi hukum selalu memihak kepada pelaku. Pelaku bebas berkeliaran tanpa ada jeratan hukuman. Banyak perempuan-perempuan yang mengalami trauma berat karena tindakan bejat tersebut.

     Tetapi pemerintah dimana? Duduk diam di sofa empuk sambil menikmati dinginnya AC, merasa tak berdosa sedikitpun.  Dimana letak keadilan bagi seluruh rakyat indonesia?

     Yang lebih menarik lagi yaitu tentang RUU Pertanahan. Yang mengatur tanah-tanah rakyat yang jika tidak produktif maka akan di ambil alih oleh negara walaupun rakyat memiliki sertifikat tanah tersebut. Yang menjadi ketakutan besar kita ketika kebijakan itu di terapkan, rakyat tidak lagi memiliki kuasa atas tanahnya sendiri. Apalagi ketika pemerintah lalai dalam mengawasi tanah tersebut sehingga manganggap tanah rakyat itu tidak lagi produktif dan yang akan terjadi yaitu rakyat kehilangan tanahnya. kebijakan Ini bisa menjadi keuntungan besar untuk para investasi sehingga lebih bebas berinvestasi di negri ini.

     Ketika kebijakan-kebijakan konyol ini di sahkan. maka yang akan terjadi adalah perang antar saudara, semakin maraknya perampasan tanah milik rakyat, Angka Para koruptor akan semakin meningkat, Penjahat semakin merajalela, kasus pelecehan seksual semakin parah, dan masih banyak lagi konflik-konflik yang akan terjadi.  Inilah yang di namakan akhir kehidupan yang sesungguhnya.

     Unjuk rasa di mana-mana adalah bukti kekecewaan rakyat terhadap kebijakan yang di keluarkan oleh rezim ini. Tepatnya pada momentum hari tani berhasil membuat rakyat maupun mahasiswa membangun gerakan perlawanan di seluruh indonesia. Kebijakan yang di susun secara tertutup, tanpa melihat masukan publik mampu memancing gerakan perlawanan tersebut dan membuat api perlawanan rakyat menyala. Dan ketika api perlawanan rakyat sudah di nyalakan maka akan sulit untuk di padamkan. Massa bergerak!!!  "Mendidik rakyat dengan pergerakan, mendidik penguasa dengan perlawanan"

Habis wisuda, mau apa?

Sebelumya saya ingin bertanya; apa kabar mahasiswa ini hari? Satu pertanyaan awal dari saya ini, tidak usah kalian jawab. Yang perlu dijawab itu adalah pertanyaan yang saya jadikan sebagai judul dari tulisan diatas.

Jika ternyata salah satu dari banyaknya mahasiswa yang akan diwisudakan bulan ini dengan bulan dua belas mendatang, maka teranglah bahwa pasca wisuda (sudah menjadi sarjana) pertanyaan itu tak lagi dianggap penting oleh para wisudawan dan wisudawati. Sebab yang terpenting bagi mereka adalah sudah wisuda dan telah sarjana.

Di salah satu kampus negeri yang berada di makassar sulawesi selatan (tepatnya kampus) UIN Alauddin Makassar (UINAM) dengan rektor barunya (hamdan juanis), akan menggelar 'acara wisuda' untuk para mahasiswanya yang sudah lebih dulu telah mendapatkan gelar sarjana (yudisium). Acara itu akan diadakan di bulan ini dan di bulan desember mendatang.

Perlu diperhatikan bahwa yang menjadi topik inti pembahasan kali ini bukan soal rektor barunya, bukan nama rektornya, dan bukan pula acara wisuda yang akan digelarnya. Tapi yang menjadi topik inti pembahasan adalah tentang keberadaan dan keadaan rill mahasiswa itu sendiri pasca diwisudakannya. Oleh karna itu, saya harap para pembaca tidak terkecoh dengan beberapa objek yang saya siratkan diatas. Pembaca lebih kritis dari penulis bukan?

Berdasarkan kenyataan (realitas) yang terjadi dalam diri mahasiswa yang sudah menjadi sarjana sebelumnya mengalami disorientasi pasca statusnya bukan lagi sebagai seorang mahasiswa. Disorientasi yang saya maksud adalah terletak dari orientasi dari pendidikan itu sendiri. Tentu para pembaca tak lagi asing dengan kalimat 'sarjana pengangguran' atau 'sarjana pulang kampung' bukan?

Senada dengan itu, arah pendidikan yang tidak jelas arahnya mau kemana, akan membuat jalan para sarjana semakin tak jelas arah pula. Akhirnya para sarjana-sarjana itu akan menemukan jalan buntu.

Pilihan sementara bagi mereka adalah cari kerja atau pulang kembali ke kampung halamannya. Mereka yang melamar kerja kesana kemari tanpa henti, tepatkah jika dikatakan bahwa orientasi dari pendidikan itu adalah kerja? Jika memang tepat, pekerjaan apa yang ditawari (dijamin) oleh pendidikan (pergurun tinggi) untuk mahasiswa-mahasiswa yang sudah sarjana?

Karena tidak adanya jaminan pekerjaan dari pemerintah untuk mahasiswa yang sarjana itu akhirnya dengan terpaksa mereka lebih memilih pulang ke kampung halaman saja. Sewalaupun ada juga sebagian yang masih tetap semangat membawa lamaran kerjanya ke tempat-tempat yang membuka lowongan kerja. Akhirnya semua bergantung kepada ekonomi. Iya ekonomi.

Selanjutnya, kartu pra-kerja yang diprogramkan oleh jokowi itu bukanlah kartu yang menjamin terbukanya lapangan kerja dengan seluas-luasnya untuk masyarakat menengah kebawah melainkan ia sekadar kartu untuk melancarkan pemerintah melakukan pembodohan secara massal. Ingat, salah satu titik fokusnya negara (pemerintah) saat ini adalah melakukan investasi secara besar-besaran.

Realisasi dari kartu pra-kerja itu sudah benar-benar terbukti tidak? Nyatanya masih banyak mahasiswa-mahasiswa yang sarjana pengangguran. Inilah salah satu disorientasi yang saya maksud diatas.

Untuk lebih memperjelas pertanyaan dari judul tulisan saya ini, marilah kita membenturkan konsep pendidikan dengan kenyataan yang dirasakan oleh para sarjana pasca wisuda. Satu hal yang paling nyata adanya adalah yaitu bahwa pendidikan itu adalah formalitas masa depan semata.

Realitasnya lebih dari nyata dari segala kebingungan mahasiswa yang sudah menjadi sarjana mau melakukan apa dan mau kemana. Adakah saya keliru?

Yang perlu dipertanyakan lebih lanjut adalah apakah ada jaminan untuk para sarjana-sarjana itu langsung kerja jika memang orientasi dari pendidikan itu adalah kerja? Secara langsung itu adalah suatu kemustahilan. Tidak salah jika saya harus mempertanyakannya. Mau apa dan mau kemana? Dua pertanyaan yang saya ajukan itu adalah perwakilan dari ribuan banyaknya realitas yang mengalami kerancuan. Siapakah yang membuatnya rancuh?

Sepenggal tanya jawab antara mahasiswa sarjana pendidikan, mahasiswa sarjana ekonomi, dan mahasiswa sarjana hukum. Ketiga-tiganya sudah lama menjadi seorang sarjana;
"Pasca baru-baru wisuda kemarin, kamu langsung kemana?" tanya mahasiswa sarjana pendidikan kepada kedua temannya.                                                                                  "Aku langsung pulang kampung" jawab mahasiswa ekonomi yang pertama.                     
 "Kalau aku sih, ngadain acara syukuran dulu, setelahnya langsung pulang kampung." jawab sarjana hukum yang kedua.                                                                                          "Kalo kamu sendiri, langsung kemana?" giliran sarjana ekonomi bertanya balik kepada sarjana pendidikan. "Aku nggak kemana-mana kok. Aku hanya menunggu kartu pra-kerja yang diprogramkan oleh jokowi terealisasi." jawab sarjana pendidikan dengan nada sendu.         
"Ah, ngapain menunggu janji-janji politik. Lebih baik kamu tungguin panggilan reviuwmu dari perusahan kemarin." ujar sarjana hukum menawarkan seketika.                                                               
"Benar juga tuh. Iya nih ujung-ujungnya kita mah bicara ekonomi." ungkap sarjana ekonomi melamunkan suasana.                                                                                     "Hmm. Ganti topik deh. Terus, kalian sekarang ngelakuin apa nih?" tiba-tiba sarjana pendidikan mengajukan pertanyaan baru.                                                                                            "Nggak tau nih, nganggur aja mah." jawab sarjana hukum sembari menundukkan kepalanya ke bawah kerikil.                                                                                          "Anjir,,, kita berdua senasib kayaknya sob." ujar sarjana ekonomi seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.                                                                                  "Ah bangsat,,, kita bertiga benar-benar senasib." ujar sarjana pendidikan dengan murka.     
"Terus habis ini, kita mau apa dan mau kemana nih sob? Tanya sarjana hukum segera.    
"Nggak tau" jawab sarjana pendidikan dengan sarjana ekonomi serentak sambil sedikit mengangkat kedua bahunya.                                                                                     "Wah sama nih. Lucu yah, kita bertiga pada nggak tau mau apa dan mau kemana. Padahal kita sarjana. Hahaha" ungkap sarjana hukum mengakak.                                                    
"Hahaha, sama-sama sarjana pengangguran kita mah. " ketiga-tiganyapun sama-sama mengakak.

Sepenggal percakapan dari ketiga mahasiswa yang sarjana diatas, kiranya dapat dijadikan sebagai gambaran (bukti) dari realitas yang mereka alami. Kita harus membuat penjelasan terkait disorientasi yang acapkali terjadi. Sebab tanpa menjelaskannya, maka sama saja mahasiswa-mahasiswa saat ini sebagai ayam kampus yang terasing dari dalam kandang para induk-induknya.

Selebihnya, point penting yang saya mau sampaikan dalam tulisan ini adalah; Pertama, mahasiswa ditindas lewat regulasi birokrasi dan regulasi para penguasa. Kedua, regulasi tanpa realisasi sama saja basa basi. Ketiga, title sarjana yang dimasukkan dibelakang nama para mahasiswa tidak menjamin ketuntasan dalam menuntaskan segala tuntutan.

Oleh karena itu, yang harus dipertanyakan adalah; kapan tuntas! bukan kapan wisuda. Dengan mendidik mahasiswa dengan pergerakan, maka proses penyadaran itu harus dilakukan. Dengan mendidik birokrasi dengan perlawan, maka perubahan itu harus diciptakan.
Jadilah MAHASISWA,                                                                             jangan jadi HAMASISWA.

Oleh: Anas Mbojo

Kader Fokmad Angkatan VI


Berpendidikan artinya menciptakan kebudayaan, namun tidak bisa jika pendidikan dilakukan hanya sebagai syarat jika sebuah bangsa sudah beradab atau berbudaya. Karena idealnya pendidikan dilakukan untuk mencapai pembebasan dan melepaskan belenggu penindasan. Idealnya pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Idealnya pendidikan tidak boleh menjadikan manusia menjadi teralienasi dengan masyarakat sebagai penghasil pengetahuan.
Permasalahannya adalah karena pendidikan dianggap menjadi ujung tombak bagi pembebasan, maka lewat pendidikan pula penindasan mampu diciptakan. Penciptaan mental feodal yang sangat mengekang ekspresi kebebasan diciptakan dilingkungan yang secara ideal harus memiliki pikiran yang bebas.


Represifitas yang dilakukan oleh aparatus ideologis kampus dilakukan guna meredam daya kritis mahasiswa dan mereka yang mengkritik segala kebijakan kampus.

Hasilnya adalah kampus mampu menciptakan lulusan2 yang tunduk dan takluk serta tidak memiliki sense of crisis dan sense of humanitiy yang tinggi, sehingga pendidikan tidak beda dengan sarana menciptakan pekerja2 yang tunduk kepada para pemilik pabrik.


Untuk itu, kegiatan PRANDK Basis Fokmad yang Ke-VI  mengusung tema Berkawan & Melawan sebagai proses pembebasan berpikir dan melawan represifitas agar mampu menciptakan perubahan dan pembebasan.



FPPI MAKASSAR Mengecam SK Skorsing UNANDA PALOPO

Sambil membawa spandung bertuliskan "Wujudkan demokratisasi kampus dan cabut sk skorsing terhadap 3 mahasiswa unanda palopo",puluhan pemud berorasi di depan gedung Unismuh.

Sontak aksi demonstrasi tersebut menjadi tontonan sejumlah sivitas akademika Unismuh lainnya.

Mereka menggelar aksi penolakan sanksi skorsing yang dijatuhkan kepada mahasiswa UNANDA PALOPO yang mendapatkan Sanksi Skorsing akibat terlibat aktif dalam perjuangan mahasiswa. Komang Jordi, Febriansyah, & Mardanianto (Mahasiswa Fakultas Ekonomi) mendapat sanksi skorsing melalui Surat Keputusan Rektor Nomor 207/104.02/B/023/I/2019/. Dalam keputusan tersebut menyatakan tuduhan kepada Komang Jordi dkk atas tindakan yang memicu atau menghasut yang menimbulkan keonaran padahal mereka menuntut sarana & prasarana, transparansi uang BOP, turunkan uang final, dan evaluasi kinerja dosen terhadap kampus mereka sendiri. Atas tuduhan tersebut, Rektor melayangkan skorsing selama 2 Semester dan pelarangan untuk berkegiatan non akademik di lingkungan kampus UNANDA PALOPO.

“Kami dari FPPI Makassar berkomitmen dan untuk terlibat dalam mewakili masalah demokrasi dikampus dan kami menuntut cabut SK skorsing terhadap tiga mahasiswa Unanda, tolak represifitas yang dilakukan oleh birokrasi Unanda, wujudkan demokratisasi kampus dan cabut UUPT Nomor 12 tahun 2012,” jelas firdhas sebagai korlap.

Perempuan Bukan Boneka Kapitalisme

Oleh:Rika Sahutri
Pada zaman primitif dimana kaum lelaki dan perempuan bekerja sama dalam melangsungkan kehidupannya.Tidak ada kelas maupun kelompok di dalamnya dan saling melindungi antara satu sma lain. bekerja karena keinginan hatinya tidak ada unsur pemaksaan dari siapapun. menggantungkan hidupnya pada alam,  ketika persediaan  alam itu berkurang maka mereka memilih untuk berpindah-pindah tempat.  sehingga keadaan itu mengharuskan mereka bertemu dengan kelompok lainnya, pertentanganpun terjadi yang akhirnya melahirkan 2 kelompok yaitu kelompok yang kuat dan kelompok yang lemah. inilah cikal bakal lahirnya kelas.
Seiring dengan berkurangnya persediaan alam disertai adanya rasa takut terhadap musuhnya maka kelompok itu memilih untuk tinggal menetap pada suatu wilayah. terjadilah pembagian kerja, di karnakan ada salah seorang perempuan yang sedang mengandung maka perempuan tersebut dibiarkan tinggal dan tidak di bolehkan untuk berburu. ide brilian muncul dari pengalaman seorang perempuan yang melihat biji buah yang jatuh kemudian tumbuh sehingga mereka memutuskan untuk bercocok tanam. Kaum laki-laki pun tak mau kalah dengan kaum perempuan sehingga mereka memutuskan untuk berternak.
Sebelum negara didirikan,  manusia hidup dalam keadaan alami. Suatu keadaan dimana watak manusia adalah bebas, tanpa ada batasan apapun. Dalam masyarakat ini yang berlaku adalah hukum alam, dimana tiap-tiap orang berusaha mempertahankan dirinya untuk hidup, kalau perlu dengan menyerang orang lain. Dalam keadaan seperti inilah yang membuat setiap individu selalu merasa tak aman, selalu dalam keadaan ketakutan atas keselamatan dirinya,  karena pada dasarnya manusia adalah serigala bagi manusia lain ( homo homini lupus).
Dari pertentangan-pertentangan kemudian hadirlah negara untuk menciptakan perdamaian. Negaralah yang menjadi agen sejarah untuk membantu manusia yang sekarang berproses menjadi manusia yang sempurna di kemudian hari.  Keinginan negara adalah keinginan umum untuk kebaikan semua orang. (budiman, 1996:5).
Tetapi seperti kita lihat dari sejarah terbentuknya negara hingga pada konteks sekarang negara justru dijadikan alat dari kelas yang berkuasa,  walaupun negara bertujuan mendamaikan pertentangan kelas itu namun konflik itu tetap tidak terdamaikan ketika masih ada kepemilikan pribadi. Negara seharusnya dapat memberikan keadilan terhadap setiap warga negaranya baik dalam pekerjaan maupun pendidikan, laki-laki maupun perempuan.
Sejak awal 1900-an, ketika terjadi perubahan besar di era industrialisasi dunia, diiringi juga dengan meningkatnya jumlah penduduk dan munculnya ideologi-ideologi radikal. Salah satunya adalah perubahan status perempuan di ruang publik dan ruang privat. Keadaan perempuan indonesia pada waktu itu masih dalam konservatisme dan sangat terikat oleh adat. Pengajaran di sekolah hanya di peruntukkan bagi anak laki-laki,  sedangkan anak-anak perempuan hanya mendapat pendidikan di rumah atau dilingkungan keluarga dan pendidikan yang di perolehnya tidak lebih dari persiapan untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik. Memasak,  menjahit,  membatik merupakan sebagian besar kegiatan anak-anak perempuan. Ikatan adat sangat kuat yang tidak memungkinkan mereka lepas dari kungkungan adat dan keluarga, dan kalau di bandingkan dengan anak laki-laki mereka jauh ketinggalan.
ketika kita melihat nasib kaum perempuan, dimana sejak awal masuknya penjajah sampai sekarang perempuan hanya menjadi objek seksual bagi kaum lelaki.  Dimana perempuan hanya dijadikan budak oleh kaum-kaum yang berkuasa. belanda menjadikan perempuan pribumi sebagai pemuas hasrat seksual para tentara belanda pada saat itu. Mereka tidak dibiarkan untuk berperang dan berpendidikan.
RA kartini, pelopor gerakan emansipasi, menyerukan agar bangsa indonesia di beri pendidikan,  khususnya kepada perempuan indonesia karena mereka yang memikul tugas suci. Oleh karna kaum muda harus berpartisipasi dalam kemajuan dan menolak konservatisme dan untuk mencapai itu semua kartini meminta "agar bangsa jawa di beri pendidikan". Dalam hal ini jelas bahwa bagi kartini pendidikan merupakan persoalan pokok dalam masyarakat indonesia. Pendidikan bukan hanya ditujukan kepada kaum laki-laki tetapi pendidikan bagi kaum wanita juga harus mendapat prioritas.
Di dunia pekerjaan pun terdapat pendiskriminasian terhadap perempuan, buruh perempuan di pekerjakan dengan waktu yang sama dengan buruh laki-laki tetapi gaji yang didapat tidak sama, laki-laki mendapatkan gaji yg lebih tinggi dibanding dengan perempuan. Padahal ketika kita membandingkan dari segi kebutuhan,  kebutuhan perempuanlah yg lebih banyak ketimbang laki-laki.
Konteks sekarang ini Perempuan mendapatkan penindasan yg double ketimbang laki-laki. selain bekerja mereka juga harus merawat keluarganya. Disaat mereka bekerja otomatis mereka tidak dapat merawat keluarganya.  Inilah yang menjadi beban berat terhadap perempuan ketika ada masa dimana perempuan itu seharusnya tidak bekerja karna kesehatannya akan terganggu tetapi ketika mereka tidak bekerja maka gajinya akan di kurangi. Contohnya ketika si perempuan menstruasi atau ketika perempuan hamil seharusnya mereka di berikan cuti yang cukup agar kesehatan bayi dan dirinya tidak terganggu tetapi perusahaan hanya memberi mereka cuti dengan waktu 2 hari.
Sungguh ironis nasib perempuan milenial yang di jadikan komoditi oleh penguasa. Bukan saja tenaganya yang di eksploitasi tetapi bentuk dari tubuhnya pun di eksploitasi.  Tenaga pekerja perempuan dibuat sedemikian rupa agar bisa menarik pelanggan bahkan pakaiannya pun di tentukan oleh si pengguasa. Harus berpenampilan cantik dan berpakaian seksi. Itu adalah salah satu cara agar perempuan mendapatkan pekerjaan.
Dalam agama juga terdapat pendiskriminasian terhadap perempuan.  Contohnya semisal laki-laki di bolehkan untuk berpoligami sedangkan perempuan tidak di bolehkan, Seorang istri tidak di bolehkan keluar rumah tanpa izin dari suaminya, laki-laki mendapakan warisan lebih banyak ketimbang perempuan.
Budaya patriarki sangat awet hingga saat ini. Agama menjadi pendukung utama dari budaya patriarki sehingga stigma yang muncul itu adalah stigma negatif terhadap perempuan. perempuan diharuskan memakai jilbab dan rok,  perempuan dilarang keluar malam, dilarang berdemonstrasi, dilarang bersuara besar, dilarang berbaur dengan laki-laki, harus pintar masak dan masih banyak lagi. ketika mereka melanggar maka mereka di anggap sebagai perempuan nakal/tidak bermoral.
Jadi jangan heran ketika ada laki-laki yang mengatakan bahwa tugas perempuan hanya di dapur,  sumur dan di kasur,  karena perempuan sekarang tidak mampu melawan ketertindasannya. Tidak mampu merubah keadaan sosial seperti yang di cita-citakan oleh RA kartini. Terkungkung dalam jeratan kapitalisme yang menghegemoni kita melalui doktrin-doktrin agama agar tidak mampu melakukan aksi perlawanan.
Melalui momentum internasional women's day ini yang merupakan sejarah pergerakan perempuan.  Untuk kaum laki-laki jangan hanya merayakannya dengan bunga atau bingkisan-bingkisan hadiah  tetapi berilah hadiah dengan menyadarkan perempuan dari konteks ketertindasannya.  Dan bagi kaum perempuan buktikan kepada kaum laki-laki bahwa kita sebagai perempuan  juga mampu merubah keadaan sosial, rubahlah persepsi laki-laki tentang perempuan karna lewat sejarah kita dapat melihat bagaimana keahlian seorang perempuan dengan ide-ide briliannya.  Lanjutkan perjuangan RA kartini " habis gelap terbitlah terang" jangan sampai kata-kata itu hanya menjadi hiasan tak bermakna.

Berjuang atau Cari Tenar?

Penampilan merupakan salah satu syarat masyarakat modern untuk mengada. Demikian pula dalam setiap lingkup hidupnya, pengakuan atas predikat subjek menjadi penting seiring dengan perlombaan manusia mencari identitas. Hal ini tidak hanya terjadi pada subjek, namun juga kepada institusi atau organ masyarakat tertentu. Ketika subjek dalam organ masyarakat haus akan pengakuan, dengan demikian gerakan akan menjadi salah satu sarana eksisten. Kebanalan yang digambarkan Hannah Arendt dalam pribadi Adolf Eichmann kini tidak hanya terkait dengan kriminalitas. Kebanalan merasuk ke dalam moralitas dan mengeringkan rongganya, sehingga manusia berlaku bukan karena dirinya sendiri namun tuntutan atas pengakuan, yaitu predikat yang ditempelkan. Manipulasi identitas dan miskonstruksi jati diri.

Menjadi kecacatan yang biasa ketika demokrasi, feminisme, sosialisme atau nasionalisme, dsb dijadikan pisau tipu kubu yang berseberangan. Suatu partai yang mengatas namakan demokrasi misalnya, justru menerapkan sistem feodal dalam pelaksanaan kegiatannya. Namun keborokan yang lebih lagi terjadi apabila topeng ideologi dan gerakan dijadikan kostum untuk memperoleh tepuk tangan. Yang lebih parah lagi, sering kali gerakan abal-abal justru populer karena apa yang 'dijual' tidak mendalam dan tidak menuntut keringat dan keberanian yang sesungguhnya. Penyakit macam ini tidak dapat tertolong lagi. Dan celakanya, hal itulah yang merambak belakang ini, terutama di era kehausan eksistensi individu-individu yang sudah menjadi alien bagi dirinya sendiri.
'Kehausan eksisten' ini menjadi tantangan dalam tiap gerakan. Demi meraih pengakuan atau pujian, seorang anggota komunal atau kolektif dapat jadi melakukan ideological fallacy
Mari fokus pada bagaimana mereka menyikapi suatu movement fallacy dengan sepele. Bukannya meralat atau menerima kritik, akun tersebut justru mengafirmasi kebutuhan mereka atas gambar bagus dan banyaknya like. Dalam dialog media sosial ini dapat kita lihat bahwa gerakan atas nama perjuangan tidak selamanya murni. Ada -bahkan banyak- gerakan palsu (sebut saja fake movement) yang mengatas namakan gerakan demi eksistensi gerakan atau bahkan pribadi pengelola. Ego pribadi dibawa pada lajunya gerakan dan hal ini yang menyebabkan perlawanan kita kepada penindas nyaris selalu gagal.
Untuk diingat; tidak semua kelompok yang mengatas namakan perjuangan proletar, kaum tertindas atau kelas tertentu merupakan suara yang otentik berasal dari akar rumput. Gerakan-gerakan sosial media harus diwaspadai sebagai gerakan eksistensialis belaka. Tidak perlu menunjuk hidung, kita cukup menilai dan tidak terlibat dalam perjuangan abal-abal. Gerakan bukan tentang dengan siapa kamu berfoto, apa bajumu saat berdemo, atau berapa ribu orang yang mem-follow. Pergerakan adalah mengenai ketertindasan manusia dan alam, bukan popularitas dan ke'kerenan' gerakan.
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html