Lahirnya Represifitas Akibat Kurang Ngopi

   

Belakangan terakhir, aku banyak melihat jejeran kopi hitam di meja, anehnya kopi kopi ini membawa inspirasi dalam sebuah wacana , dimana wacana tersebut lahir dari bacaan kondisi objektif yang akhir akhir ini sangat membuat mata pedih dalam arus politik negara ini.
Reformasi sudah berjalan lebih dari 19 tahun, produk orba berjalan mulai terkikis dari alur perpolitikan dan demokrasi bangsa ini, namun perlahan keyakinan para penguasa terkait arus demokrasi massa rakyat pun mulai sangat terkikis , ini ditandai dengan berbagai macam tindakan yang sangat frontal untuk menutup kembali keran demokrasi itu sendiri.
Alur keberpihakan dan legitimasi kekuasaan mulai ditunjukan atas dasar sisi subjektifnya, meruaknya isu isu yang semakin hari semakin berkembang , isu isu keterpurukan dan dinamisasi politik yang semakin runcing ke bawah. 
Dinamika berbangsa dan bernegara kembali tidak stabil, ini di buktikan dari setiap fenomena di basis basis rakyat yang mengalami kegundahan dan kebisingan, baik di sektor mahasiswa, buruh dan tani. Isu terkait komersialisasi dan komoditas pendidikan, PHk sepihak dan regulasi yang semakin kacau, serta perampasan lahan yang semakin marak. Semuanya di legitimasi dalam sebuah aspek refresifitas, atas nama perubahan dengan nilai nilai pembangunan di paksakan tumbuh berkembang tanpa memperdulikan nilai nilai dan aspek yang lain.
Prioritas negara kembali dipertontonkan melalui pembangunan yang semakin massif , atas dasar pembangunan yang dipaksakan investor dan di rampasnya hak hak hidup bernegara dan bermasyarakat serta pengusiran masyarakat dari ruang hidupnya.
Jika kita melihat perkembangan isu akhir akhir ini, semua dilandaskan atas dasar kepentingan subjektif, tidak melihat bagaimana fungsi masyarakat yang majemuk, serta estetika kehidupan berbangsa dan bernegara, negara sangat memliki peran penting dalam kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya, seperti yang tertuang dalam UUD 45 alinea ke 4 yaitu melindungi segenap bangsa indonesia, dimana jelas makna yang terkandung dalam kalimat tersebut bahwa negara wajib menjaga kedaulatan dan kepentingan massa rakyatnya secara utuh tanpa pandang bulu.
Namun beda dengan kondisi hari ini, dimana pemerintahan indonesia lebih banyak berbicara tentang penguasaan atas dasar pembangunan dan industri yang secara nyata lebih banyak menguntungkan para pengusahan dan investor, sehingga lupa trahnya negara indonesia sebagai negara agraris. Tidak hanya itu ketimpangan dan kontradiksi sosial terjadi dari seluruh elemen rakyat.
Berbicara teori sebab akibat, kalau kita melihat banyak gerakan rakyat yang tumbuh subur baru baru ini di seluruh sektor memunculkan banyak spekulasi, apakah pemerintah hari ini sudah sangat condong melihat kekuasaan dan menghormati para luluhur investornya dibanding rakyatnya sendiri.
Gerakan yang dibangun oleh massa rakyat bahkan sudah sangat sempit dalam polanya, hari ini aksi demonstrasi yang Lahir dari kalangan mahasiwa, buruh, petani, nelayan, masyarakat desa, dan elemen elemen rakyat yang lain sudah semakin di persempit. Dengan macam macam legitimasi yang dibangun serta refresifitas yang dikedepankanpun sangat menonjol untuk menghalau segala kritikan dan ruang demokrasi di persempit sedemikian rupa.
Rezim hari ini seperti sedang memainkan irama dan ritmenya untuk menggoncang panggung politik rakyat yang semakin hari semakin merugikan massa rakyat. Sehingga timbul pertanyaan , dari setiap kritikan yang dibangun lalu dihalau dengan berbagai cara refresifitas membuat berbagai nyali elit petinggi negeri ini semakin ciut untuk dikritik, dan mirisnya seolah yang dikedepankan adalah tindakan subjektif dalam bingkai fasis, yang beranggapan bahwa kebenaran pemimpin merupakan kebenaran yang absolut, serta setiap orang yang berbeda pandangan dianggap lawan.
Berbicara fasisme ada beberapa ciri gerakan fasis menurut pengamat politik asal jerman Timo duile Yakni, Pertama, gerakan fasis berdasar pada prinsip kepemimpinan yang punya otoritas absolut, sehingga individualitas manusia hilang dan para pengikut menjadi massa yang seragam. Otomatis, manusia sebagai individu hanya dijadikan alat untuk mencapai tujuan gerakan fasis. Azas perintah dan kepatuhan berlaku tanpa pengecualian.
Kedua, dan oleh karena itu, militerisme merupakan elemen yang sangat penting dalam ideologi dan politik fasis. Militarisme menjadi penting, karena fasisme selalu butuh membayangkan adanya musuh, sehingga militer dan pemimpin harus kuat untuk menjaga negara, karena suatu gerakan fasis memiliki tugas utama untuk melawan musuh bangsa. Gerakan fasis dipersatukan dengan tujuan yang sama, yakni: penghancuran musuh. Itu ciri khas gerakan fasis ketiga. Musuh tersebut dikonstruksi dalam sebuah kerangka konspirasi atau ideologi. Dalam pola pikir fasis, musuh berada di mana-mana. Musuh berada baik di medan perang maupun dalam bangsa sendiri sebagai elemen yang tidak sesuai dengan ideolgi fasis. Karena itu, ciri khas keempat ideologi fasis adalah ideolgi identitas. Biasanya, ideolginya mengajar bahwa suku/ras atau bangsa harus murni, yaitu bebas unsur-unsur yang mengangap sebagai unsur yang tidak asli.
Dari pandangan dan pernyataan diatas bisa kita kaji bahwa tindakan yang dilakukan oleh pemerintah hari ini mengarah kepada ideologi seperti apa ? 
Ketika unsur pemerintahan lebih takut kepada para investor, Memaksakan kehendak dalam Menentukan kebijakannya, serta sangat anti kritik dan menghancurkan gerakan gerakan elemen rakyat lewat berbagai macam refresifitas, bisa dikatakan kalau hari ini rezim sudah sangat fasis atau Kurang ngopi

Comments
0 Comments

0 comments:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html