Perbudakan "Nilai" Dalam Pendidikan

Perbudakan ternyata tidak hanya dalam hal pemaksaan fisik saja, tapi bisa juga dalam hal mental atau pikiran. Perbudakan dalam KBBI berarti system yang membuat segolongan manusia dirampas kebebasan hidupnya untuk bekerja demi kepentingan golongan manusia lain. Dalam hal perbudakan fisik, yang dirampas adalah kebebasan untuk memilih apa yang harus mereka kerjakan menggunakan badan mereka, sedangkan perbudakan mental yang dirampas adalah hak untuk melakukan apapun yang diinginkan oleh manusia.
Begitu juga bagi para pelajar, pelajar di Indonesia dari tingkat SD sampai SMA masih mengalami perbudakan. Pelajar-pelajar saat ini sangat dibudaki oleh “Nilai”. Nilai yang tinggi menurut para pelajar dan orang tua saat ini adalah hal yang wajib didapat dan hal yang dijadikan patokan seberapa sukses pelajar tersebut dalam proses pembelajaran.
Pemikiran seperti itu akhirnya membuat pelajar rela melakukan apa saja demi mendapatkan nilai yang tinggi. Sehingga cara-cara curang pun banyak dilakukan oleh para siswa, cara-cara yang sering dilakukan contohnya mencontek, membuat catatan dan sebagainya. Ini dilakukan para siswa karena mereka takut kalau mereka tidak mendapatkan yang terbaik saat ujian, akan mendapatkan masa depan yang buruk.
Seperti halnya yang terjadi di sebuah SD, seorang guru terbukti menerima sejumlah uang dari orangtua murid agar anaknya mendapat nilai yang tinggi saat Try Out Ujian Nasional dan juga saat Ujian Nasional, pola yang dilakukan adalah memberikan soal yang akan diujikan sehari sebelumnya. Dan orangtua murid rela merogoh kocek yang dalam demi mendapatkan hasil nilai yang sempurna.
Hal ini tentu saja mencederai proses pendidikan di sekolah. Karena tujuan pendidikan sesungguhnya adalah seperti yang dikatakan oleh Paulo Freire dan di amini oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu memanusiakan manusia. Lalu manusia mana yang dimanusiakan dengan proses pendidikan yang penuh kecurangan seperti itu? Selain itu, guru yang seharusnya sebagai penuntun siswa dalam belajar disini justru memberikan jalan bagi para siswa untuk berbuat curang dengan cara menjual nilai. Mungkin itu adalah satu dari banyaknya kasus yang terjadi di lingkungan Pendidikan Dasar, masih banyak sekali persoalan yang terjadi karena siswa diperbudak oleh “Nilai”.
Hal ini juga yang harus menjadi perhatian bagi orangtua murid. Yang perlu ditekankan adalah sekolah bukan tempat untuk memproduksi nilai di raport, tetapi proses belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dari kasus-kasus yang ada membuktikan bahwa nilai raport yang selama ini diagung-agungkan ternyata tidak sesuai dengan nilai moral yang didapat oleh anak. Kejujuran digadaikan demi “Nilai” yang justru malah memperbudak siswa.
Lalu, jika kejadian ini terus berulang, kesalahannya terdapat dimana? Guru yang salah? Siswa yang salah? Atau memang dari awal system pendidikan kita yang salah? Mari sama-sama berpikir.

Liga Indonesia Bercanda

Diawali liga dengan carut marut, segala regulasi dirubah dan dikeluarkan dengan seenak jidat membuat liga Indonesia kali ini sangat tak karuan ditambah lagi dengan memilih anggota militer menjadi ketua di fedarasi yang memang sialan ini.

Entah memang sudah pada dasarnya di negara ini perputaran kapitalis nya yang sangat kuat entah juga semua orang tengah dilanda gelap harta. Ya, bukti kongritnya saat federasi dari awal liga sampai akhir liga sekarang selalu panen sanksi, pun begitu perputaran uangnya selalu kuat. Dari setiap klub saja hampir merogoh uang ratusan juta rupiah untuk membayar sanksi tersebut. Hal gila kan.

Tak hanya soal menyoal tentang uang dan sanksi, sering berubahnya regulasi pun banyak menjadi bahan dagelan para supporter di Indonesia, dari peraturan MP,U22 hingga pasal pasal yang selalu di labas oleh federasi disini.

Ditambahi di penghujung liga ini dimana Bhayangkara FC diplot sebagai kampiun liga lawak,meski dari segelintir anggota pssi masih mengelak, tapi kita bisa nyaksikan bahwa memang klub tersebut bakalan menjadi juaranya + dilaga akhir mendapatkan point ghoib karena dinyatakan menang Walk Out atas Mitra Kukar. Hahaha, sungguh terbahak bahak bukan kita melihat kejadian ini.

Dan satu lagi sebagai penutup, melihat satu cuitan di twitter ada hal menarik yang menjadi bahasan saya. Dia berkata "apakah kalian sadar bahwa kita sedang di adu domba oleh pssi, dimana supporter yang sudah berdamai menjadi musuhan lagi, dan yang musuhan semakin menjadi jadi, dan kita sebagai supporter hanya dijadikan sebagai alat menutupi kebusukan mereka" begitulah kira kira cuitan akun tersebut.

Mungkin, tahun depanpun tidak akan beda jauh dengan tahun tahun sebelumnya. Dimana para mafia sialan,investor dan segalanya yang ingin merusak sepakbola di negara ini semakin hancur.

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html