DISORIENTASI PEMBANGUNAN PERTANIAN INDONESIA

Pertanian Indonesia tidak akan pernah terpisah dengan perdesaan sampai kapanpun karena pertanian merupakan taqdir bagi nusantara termasuk pembangunan ke depan. Namun disayngkan pertanian dan perdesaan identik dengan kemiskinan dan keterbelakangan, sehingga jika bicara soal kemiskinan dan pengangguran identik dengan karakter sosial ekonomi perdesaan. Bahkan lebih dari itu perdesaan disebut sebagai beban negara dan pembangunan dalam setiap etape kepemimpinan/kepresidenan. Perdesaan selalu menjadi bahan diskusi, studi, perbincangan diberbagai forum baik nasional dan internasional, seolah perdesaan menjadi biang dan beban dari pembangunan sepanjang masa.

Tentu ini menarik untuk menjadi pemikiran sekaligus mengeluarkan terobosan berbagai pihak khususnya pemerintah dalam upaya menjadikan perdesaan sebagai sumber dan kontribusi pembangunan. Perdesaan yang identik dengan perdesaan harus dilihat secara obyektif dan proporsional dalam melakukan berbagai kebijakan dan regulasi. Sudut pandang dan cara melihat realita perdesaan tidak bisa sepenuhnya dengan cara berfikir akademis dan literatur terutama untuk petani dan pertanian Indonesia. Model pertanian dan pendekatan petani Indonesia tidak bisa disamakan dengan petani Jepang, Belanda, Brazil atau Afrika. Masing masing negara memiliki akar sejarah pertanian yang berbeda beda, demikian dengan kultur sosial dan cara mereka memandang dan mengelola pertanian.

Di negara negara maju sektor pertanian mendapatkan sentuhan teknologi pertanian melalui interaksi sektor industri dan jasa dengan dorongan regulasi dan kebijakan pembangunan yang saling terkoordinasi dan terintergrasi mulai dari sektor hulu hingga sektor hilir. Sumber sumber potensial sektor pertanian menjadi obyek sektor industri untuk mengembangkan bahkan mendongkrak pertumbuhan sektor pertanian sehingga sektor pertanian selalu seiring dan saling menopang dengan sektor lain.

 Demikian halnya keseriusan pemerintah dalam melakukan proses pemberdayaan dan perlindungan terhadap petani tidak hanya di tunjukkan dengan dukungan pasar dan input produksi, namun petani memiliki bergaining yang cukup kuat dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah. Jadi, model kebijakan sektor pertanian di negara maju pada saat berkembang tidak saling merugikan.

Berbeda dengan di Indonesia, pertanian lahir dan bergerak tidak mendapatkan sentuhan teknologi yang memadai demikian halnya dengan pembangunan infrastruktur pertanian yang cenderung kurang mengakar. Pertanian pada awalnya hanya dijadikan sebagai sumber peningkatan dan ketersediaan pangan dan ini sangat kaitanya dengan stabilitas politik. Teknologi dan pemberdayaan petani yang diharapakan menjadi pemicu awal manjunya pertanian Indonesia telah luput dari pemerintahan sebelumnya.

 Pertanian dan hasil hasilnya selalu terpisah dengan isu kesejahteraan petani dan pengurangan pengangguran, pertanian hanya dijadikan tumpuan penghasil mentah sehingga jauh dari nilai nilai daya saing. Demikan halnya, keterlibatan banyak pihak di sektor hulu dan hilir tidak bisa terbendungkan dari petani sehingga petani dibiarkan bergelut dengan kekuatan besar/pemodal hingga ketergantungan petani dengan mereka sangat besar. Tidak sedikit dan menjadi gejala nasional,bahwa pertanian kita telah dikusai oleh sebagian besar pengusaha/pedagang yang membuat petani tidak bisa terlepas dari cengkraman mereka.

Semua ini terjadi karena sentuhan pembinaan dan pemberdayaan petani tidak dilakukan sejak awal, bahkan orientasi petani dan pengelola pertanian negeri ini belum bersatu pada antara pemerintah pusat dan daerah. Ketidak terpaduan ini semakin membuat petani dan pertanian Indonesia semakin jauh dari cita cita utmanya yaitu peningkatan kesejahteraan mereka. Hal ini terbukti bahwa begitu ruwetnya pertanian Indonesia saat ini dan dibelit terbatasnya anggaran saat ini membuat pemerintah semakin menemukan kesulitan bagaimana cara menemukan solusi terhadap permasalahan ini.

Yang jelas pemerintah harus benar benar putar otak serius dengan berbagai pendekatan, bagaimana pertanian bisa keluar dari permasalahanya selama ini. Pertanian maju dan modern adalah pilihan penting untuk mengubah perdesaan menjadi jawaban yang selama ini menjadi banyak perbincangan berbagai pihak. 

Pertanian tidak bisa diselesaikan dan dibangun dengan cara cara parsial karena pertanian merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan dengan sektor lain. Pertanian tidak hanya dipandang masalah ketersediaan pangan, lebih dari itu pertanian harus menjadi tumpuan kemajuan pembangunan dan menjadi sumber pemecah kesulitan anggaran negara sekaligus menjadi andalan penyumbang devisa negara dan pemecah kemiskinan, keterbelakangan dan sumber pengangguran. Semua harus fokus pada perdesaan.

Puasa

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. al-Baqarah: 183)

Dari kutipan ayat tersebut sudah jelas bahwa kewajiban puasa bukan atas kita, umat Muhammad Saw. saja, melainkan juga diwajibkan atas orang-orang atau umat sebelum kita. Umat sebelum kita, menurut ahli tafsir adalah orang-orang Yahudi dan sudah ada sejak Nabi Adam As., meskipun cara dan waktunya tidak sama seperti puasa di bulan Ramadhan.

Ibadah puasa di bulan Ramadhan bagi setiap umat muslim di seluruh dunia merupakan suatu keistimewaan, karena selain termasuk dalam rukun Islam, dalam satu bulan penuh tersebut mau ia adalah seseorang yang tua ataupun muda, laki-laki maupun perempuan, kaya atau miskin harus menjalani ibadah puasa mulai dari terbit hingga terbenamnya matahari. Tetapi, kalau sekadar puasa sebetulnya di luar bulan Ramadhan pun diperbolehkan, kecuali pada hari raya Idul Fitri (1 Syawal), Idul Adha (10 Zulhijjah) dan hari-hari Tasyrik (11, 12 dan 13 Zulhijjah). Lantas, apa keistimewaan bulan Ramadhan ketimbang bulan-bulan yang lainnya? Ya, di kekompakkan yang telah disebutkan tadi.

Tidak peduli ia tua atau muda, laki-laki maupun perempuan, kaya ataupun miskin, kalau ia telah memenuhi syarat sah puasa, maka wajib baginya untuk berpuasa. Secara tidak sadar, inilah bagaimana cara Allah melatih kita untuk peka secara sosial dengan merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang berkekurangan. Walaupun ketika sahur atau saat buka puasa kita menyantap makanan dan minuman yang enak, serta mahal, setidaknya sejak terbit hingga tenggelamnya matahari kita merasakan betul apa yang selalu dirasakan oleh orang yang berkekurangan, yaitu haus dan lapar. Tapi, bukan berarti kita diajarkan untuk hidup miskin dan serba kekurangan, karena pada bulan Ramadhan pula tiap amal ibadah yang kita kerjakan akan diberikan ganjaran yang berlipat ganda, maka ini juga waktu yang pas untuk membiasakan diri kita untuk terus menerus beramal kepada yang membutuhkan. Semoga kita makin terbiasa untuk memberi dan membantu sesama tanpa menghitung berapa pahala yang akan kita dapat.

Maka, dengan hadirnya kesempatan kita menikmati puasa di bulan Ramadhan adalah sarana untuk kita memperbaharui keimanan, serta kepekaan sosial yang kita miliki. Harapannya adalah selepas kita menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini, kita sudah terbiasa untuk beramal dan berbuat kebajikan, serta mengerti betul apa yang dirasakan oleh orang yang berkekurangan tanpa diiming-imingi oleh hadiah berupa pahala yang berlipat ganda supaya masuk surga. Tapi, tidakkah kita berpikir kalau sudah di surga, kita mau ngapain?.


http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html