Refleksi Calon Wisudawan

Mungkin tidak ada satupun di dunia ini yang memacu adrenalin selain mempertaruhkan hidup. Lepaskan dulu sementara pengetahuan agama samawimu, hingga kepercayaan kepada pagan. Sebab membaca tulisan ini harus benar-benar menjadi seorang yang agnostik. Jangan kritisi tulisan ini dengan kepercayaan, karena pintu rezeki tidak berbanding lurus dengan status pekerjaan.
Wisuda merupakan kegiatan yang tidak wajib dilaksanakan bagi sebagian orang, kegiatan ini hampir mirip-mirip mahasiswa baru dihadapkan dengan ospek. Euforianya mirip, melepas status dari mahasiswa ke pengangguran begitupula sebaliknya ospek dari siswa menjadi lebih keren yaitu mahasiswa. Sama-sama dihadapkan kepada kekejaman realitas, padatnya kegiatan akademik dan non-akademik, di satu sisi melepaskan semuanya. Poin pentingnya tidak semua mahasiswa dapat ikut serta dalam ajang wisuda, dan tidak semua pemuda dapat merasakan ospek di perkuliahan. Lebih pentingnya lagi dalam pandangan absurditas, baik wisuda atau tidak manusia harus menjalankan hidupnya sebagai manusia, bukan sebagai hewan.
Kembali lagi pada poin WISUDA, ia menjadi satu fase pendewasaan metamorfosis mahasiswa. Ada yang menjadi kupu-kupu, namun adapula berubah menjadi kecoa. Kehidupan seperti itu harus dilalui, sebagai nihilis tetaplah hidup hanya untuk kematian, tidak lebih dan tidak kurang.
Ketika sebuah pertanyaan dilemparkan kepada calon wisudawan. "Habis ini mau ngapain?" tentu jawabannya akan abu-abu, meskipun ada juga yang dapat menjawab secara lugas hingga menggunakan slide power point. "Pastilah kerja", tukasnya. Kita sama-sama paham jika setelah meraih gelar sarjana tentu bekerja. Pertanyaanya pun menjadi semakin berlipat ganda seperti puisi widji thukul. "Terus mau kerja apa?" sesaat percakapan menjadi sedih di tengah keriuhan wisuda. Temanmu hanya mampu memberi selamat, kalo lebih mungkin dia punya modal membuat usaha untuk siap merekrutmu menjadi pegawainya. "Ya, nantilah coba lempar-lempar CV ke lowongan kerja yang ada" usaha seperti ini jelas akan dilakukan. Tunggu dulu daritadi kita membicarakan kerja sedangkan belumlah kita membedakan kerja manusia dengan aktivitas hewan.
Sejak kita sudah mempunyai pengetahuan yaitu ketika kita mampu membedakan peran kedua orangtua kita, siapa yang ayah dan siapa yang ibu kita sudah mempunyai pengetahuan sedikit tentang kerja dari aktivitas mereka. Sesederhana itu kita mengerti kerja, pengetahuan kita hanya sebatas aktivitas mereka. Baru kemudian setelah kita memasuki ruang pendidikan, ibu atau bapak guru mengenalkan pada kerja-kerja lainnya. Entah mencontoh orang tua teman-teman kita. Ada berbagai macam kerja yang kesimpulannya semuanya harus menghasilkan uang.
Jelas sejak manusia muncul hanya mencari keuntungan, begitu ujar aristoteles menyebut manusia sebagai homo economicus. Secara naluri individu bolehlah bila kerjamu hanya untuk diri sendiri, cukup bertahan hidup dari ancaman ekosistem. Namun individu memiliki fungsi sosial dan memiliki peran terhadap realitas.
Sebagai manusia tentu membedakan dirinya dengan konsepsi kerja, untuk membedakan dari tumbuhan dan hewan. "Jika hidup hanya sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Jika bekerja hanya sekedar bekerja, kera juga bekerja", ujar Buya Hamka. Lantas apa perbedaannya?
Seluruh makhluk hidup di jagat kosmos pasti memiliki sifat adaptif. Mulai dari mikroorganisme hingga yang tampak kasat mata. Namun manusia adalah makhluk paling lemah diantara golongan hewan dan tumbuhan. Hidupkan mesin waktu ingatanmu dan mari kembali ke masa lalu, tepat disaat usia kita balita. Manusia butuh proses untuk mengenali lingkungannya, di awal keluarga hingga berbagai macam lingkaran in-groupnya. Semuanya harus diajari, bahkan hal yang bersifat untuk dirinya sendiri yaitu berjalan, berbicara, mengingat dan lain-lain. Manusia sangat-sangatlah lemah seperti lirik lagu AdaBand "teringat masa kecilku, kau peluk dan kau manja". Berbeda dengan hewan, baru lahir beberapa minggu kemudian dapat berjalan. Hidup manusia tidak lebih keras dari hewan dalam rantai makanan. Karena manusia memiliki akal untuk dapat menghabisi rasa keingintahuannya, berbeda dengan hewan. Lantas setiap kegiatan manusia adalah sejarah bagi dirinya dan sekitarnya. Jika hewan ia tak pernah menorehkan sejarah, karena rantai makanan dan jaring-jaring makanan adalah suatu keharusan.
Perkembangan harus terus berlangsung. Perubahan tak akan bisa dibendung. Tugas manusia adalah menciptakan sejarah. Membantu manusia lainnya dalam kehidupan masyarakat. Marilah seksama merefleksikan kembali fungsi sosial dan peran dalam masyarakat. Masihkah pandangan kerja hanya sebatas menambah pundi-pundi rekening deposito? Ataukah kita akan ikut terlibat dalam menorehkan sejarah dalam sebuah perubahan?. Itu adalah pilihan hidup.
Comments
0 Comments

0 comments:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html